Saturday, April 30, 2016

ULASAN: ADA APA DENGAN CINTA ? 2 ( #AADC2 )




Penantian setelah beratus-ratus purnama itupun akhirnya tiba, 14 tahun 2 bulan salah satu sekuel yang paling ditunggu tahun ini akhirnya bisa ditonton oleh penonton Indonesia. Hal yang sangat disambut baik oleh penggemar filmnya, yang bahkan juga bisa menarik penggemar baru, karena jarak 14 tahun lebih itu sudah melahirkan generasi baru yang mungkin saat film pertamanya release belum cukup umur untuk menontonnya. Sekuel ini terjadi tak bisa dihindari atas makin banyaknya permintaan dari penonton Indonesia agar sekuel ini bisa diproduksi, terlebih ketika film pendeknya untuk kepentingan sebuah iklan yang menceritakan kelanjutan kisah Rangga dan Cinta tahun lalu sangat menarik perhatian.



AADC di tahun 2002 lalu begitu fenomenal dan telah menjadi salah satu trigger dalam bangkitnya perfilman Indonesia setelah di tahun 90an mengalami mati suri. Dan setelah 14 tahun berlalu pihak Miles Production akhirnya kembali dengan sequel pertama Ada Apa Dengan Cinta ini karena banyaknya permintaan dari para penikmat film khususnya dari generasi 90an untuk di buat kelanjutan kisah romansa antara Cinta dan Rangga beserta lika liku persahabatan geng Cinta semasa SMA dulu.



Setelah 4 tahun Cinta putus hubungan dengan Rangga, akhirnya mereka di pertemukan kembali dalam waktu dan tempat yang sama sekali tidak terduga.
Diawali pertemuan itu akhirnya terjadilah peristiwa baper-baperan antara dua insan tersebut sekaligus geng Cinta yang ikut-ikutan baper (hey it's rhyme). Intinya Rangga pengen balik lagi, eh Cintanya yang galau habis-habisan karena sudah errrr (gak mau spoiler ah). Yak Rangga emang jahap di mata Cinta saat itu, tapi dalam waktu semalam anggapan Cinta ke Rangga karena sudah menghianati cinta sejatinya akhirnya pupus karena Rangga berhasil curcol alasan kenapa dia sampai tega memutuskan Cinta kala itu (hebat kan Rangga?).



Yup disini saya bisa katakan kalau sequel ini sudah berhasil untuk kembali mengangkat unsur nostalgia sekaligus untuk menunjukkan kepada remaja alay jaman sekarang kalau masih pacaran itu gak perlu harus panggil mama papa segala, zizieq tauk! Alurnya pun berjalan dengan sangat baik dan rapih (yaiyalah Riri Riza gitu loh). Chemistry antara geng Cinta juga masih mantab seperti di film pertamanya. Secara keseluruhan film AADC 2 ini meskipun konfliknya cheesy dan pasaran tapi terkesan tidak murahan, malah lebih cenderung meningkat dan lebih baik dari predesornya. Yup lebih hidup, ceria, dan berkualitas meskipun para cast utamanya sudah tak lagi remaja.
Well done Riri Riza and crew, you guys did a great job! Silahkan di tonton di bioskop kesayangan anda tanggal 28 April 2016 di jamin tidak akan menyesal. Semoga bisa mengalahkan Captain America : Civil War nanti.

(By Redy Cahyadi)

NOBAR GAME OF THRONES SEASON 6 SETIAP HARI SENIN BARENG GILA FILM




Holaaaa teman-teman Gila Film, ada kabar gembira nih. Menyambut Game Of Thrones musim ke-6 yang episode pertamanya sudah tayang 25 April 2016. Mulai dari episode kedua sampai episode terakhir nanti, Komunitas Gila Film mengadakan acara nobarnya secara gratissss. Seru kan ? kapan lagi kita bisa ngumpul mingguan seperti ini untk nonton salah satu serial terbaik yang pernah ada ini.

Tentunya acaranya bukan saja nobar, tetapi akan ada diskusi, bagi-bagi doorprze merchandise Game Of Thrones yang sudah dipersiapkan setiap minggunya. Bagaimana ? menarik bukan ?. So buat teman-teman Gila Film yang tertarik buat ikutan tetapi masih malu-malu dan pengen tanya-tanya dulu mengenai acara nobarnya bisa kontak mimin ke 081280919945 (WA). Sip, untuk detail acara nobar episode 2 hari Senin yang akan datangendiri, cek poster dibawah ini ya.





So, tunggu apalagi, yuk kita ngumpul, nobar dan diskusi segala hal mengenai episode terbaru yang kita tonton nanti. Dan yang paling penting sekali lagi mimin tegaskan, acaranya gratis dan akan ada bagi-bagi doorprize di setiap minggunya. Sampai ketemu Senin yaaa :)

SUNDUL GAN: THE STORY OF KASKUS, SEBUAH FILM DARI, UNTUK DAN GENERASI MUDA INDONESIA



Film inspiratif dengan sentuhan komedi yang diadaptasi dari kisah nyata Ken Dean Lawadinata dan Andrew Darwis, dua anak muda pendiri situs forum komunitas terbesar di Indonesia – Kaskus, disutradarai, diperankan dan diproduseri oleh anak muda yang berbakat.



Kaskus dan 700 Pictures menghadirkan film terobosan barunya yang berjudul “Sundul Gan: The Story of Kaskus”. Film yang bercerita mengenai kisah perjalanan Ken Dean Lawadinata dan Andrew Darwis dalam membangun Kaskus dari awal hingga menjadi komunitas online terbesar di Indonesia ini akan tayang perdana di bioskop di seluruh Indonesia pada tanggal 2 Juni 2016.


Dalam acara yang diselenggarakan di Kaskus Playground, tim produksi film “Sundul Gan: The Story of Kaskus” memperkenalkan poster resmi dan rekaman behind the scenes film bersama sang sutradara – Naya Anindita, pemeran Ken Dean Lawadinata – Dion Wiyoko, pemeran Andrew Darwis – Albert Halim, dan kedua pendiri Kaskus – Ken Dean Lawadinata dan Andrew Darwis. Film “Sundul Gan: The Story of Kaskus” yang disutradarai, diperankan dan diproduseri oleh generasi muda Indonesia, disampaikan dalam bahasa anak muda, dan dipenuhi dengan elemen efek visual.


Sebuah langkah berani dilakukan oleh 700 Pictures memilih Naya Anindita untuk dipercaya untuk menyutradarai film “Sundul Gan: The Story of Kaskus”. Film ini merupakan film panjang pertama yang ia sutradarai. “Film ‘Sundul Gan – The Story of Kaskus’ adalah sebuah film inspiratif dari, untuk dan bagi generasi muda Indonesia. Kami menghadirkan film adaptasi kisah nyata dua anak muda Indonesia yang sukses membangun situs forum komunitas terbesar di Indonesia dengan cara yang ringan, menggunakan efek visual dan disampaikan dalam bahasa anak muda. Dengan demikian kami berharap film ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat terutama generasi muda dan menginspirasi mereka,” jelas Naya Anindita, sutradara film “Sundul Gan: The Story of Kaskus”.



“Dalam pembuatan film ini, aku bertemu dengan banyak orang berbakat dan kami sama-sama menuangkan ide-ide kreatif dan menyatukannya di film ini. ‘Sundul Gan: The Story of Kaskus’ adalah film komedi ringan yang menyentuh dan menceritakan banyak hal tentang persahabatan dan tantangan dalam membuat bisnis baru. Aku berharap film ini dapat membawa elemen baru pada perfilman ber-genre biografi,” lanjut Naya Anindita.


“Selama proses syuting, saya harus merubah fisik saya dan belajar banyak mengenai karakter Ken
yang memiliki visi dan determinasi yang besar dalam mengejar mimpinya. Perjalanan Ken dan Andrew kembali menginspirasi saya untuk tidak gampang menyerah dan selama proses pembuatan film ini saya belajar banyak dari Ken tentang bagaimana kita harus berani mengambil risiko demi mencapai apa yang kita cita-citakan. Saya berharap penonton akan terhibur dan terinspirasi setelah menonton film ini,” kata Dion Wiyoko, aktor film pemeran Ken Dean Lawadinata dalam film “Sundul Gan: The Story of Kaskus”.

"Sundul Gan" akan mulai tayang 2 Juni 2016.









Tuesday, April 26, 2016

MARATHON MUSIM TERBARU GAME OF THRONES, SILICON VALLEY DAN VEEP BERSAMA HBO


Hari Senin pukul 06.00 pagi normalnya adalah siap-siap untuk pergi bekerja bagi orang kebanyakan. Tapi tidak bagi saya dan 249 orang lainnya yang mendapat undangan untuk menghadiri nonton bareng episode pertama serial HBO Original Game Of Thrones Season Enam yang sudah sangat ditunggu-tunggu, Silicon Valley Season Tiga dan Veep Season Lima, di Cinemaxx, FX Sudirman, mulai dari pukul 07.00WIB sampai pukul 10.00WIB.




Pada acara nonton bareng ini penggemar serial peraih banyak penghargaan Game Of Thrones berkesempatan duduk dan berfoto di replika di Iron Throne yang ikonik dengan latar belakang House favorit mereka. Para tamu juga membawa pulang hadiah menarik seperti bantal Game Of Thrones yang jumlahnya terbatas yang harus menjawab pertanyaan seputara serial HBO Original dari 2 host acaranya terlebih dahulu, Jati Andito dan Chakry Miller yang kebetulan keduanya juga penggemar serial Game Of Thrones.

~Game Of Thrones~


Serial yang paling banyak ditonton dalam sejarah HBO dan menjadi fnomena industri TV di seluruh dunia, GOT memulai sepuluh episode season keenam di Indonesia pada jam yang sama dengan AS - ekslusif di HBO 25 April 2016 jam 08.00 WIB, dengan penayangan ulang di hari yang sama jam 20.00 WIB. Serial ini juga tersedia di HBO on Demand.

Berdasarkan buku popular "A Song of Ice and Fire" oleh George R.R. Martin. Serial fantasi pemenang Emmy ini merupakan kisah fantasi epik perebutan kekuasaan di kerajaan yang luas dan kejam seperti yang sudah Gila Film saksikan di Lima Season sebelumnya. Sampai saat ini, serial ini telah meraih 26 Emmy diantara penghargaan lainnya.

Tahun ini, setelah perkembangan yang mengejutkan di akhir Season 5, seperti nasib Jon Snow yang menggenaskan di tangan pemberontak Castle Black, nyaris tewasnya Daenerys dalam pertikaian Meereen dan penghinaan publik Cerse di jalan-jalan King's Landing, mereka yang selamat di berbagai penjuru Westeros dan Essos bersatu lagi untuk maju, tanpa dapat dihindari menghadapi nasib mereka yang tanpa kepastian.

~Silicon Valley~


Serial pemenang Emmy dan nominasi Golden Globe ini mengambil kisah komikal di era modern masa kini yang berpusat pada perkembangan teknologi tinggi, dimana mereka yang paling kompeten menggapai sukses adalah yang paling mampu mengelola kesuksesan. Kolaborasi antara Mike Judge dan Alec Berg, serial 10 episode ini kembali dengan season ketiga di Asia pada jam yang sama dengan AS, eksklusif tayang di HBO 25 April 2016 jam 09.00 WIB, dengan penayangan ulang di hari yang sama jam 21.00 WIB, sesaat setelah penayangan Game Of Thrones. Episode baru selanjutnya tayang setiap Senin di HBO pada jam yang sama.

~Veep~


Veep dibintangi pemenang Emmy dan Screen Actors Guild Award, Julia Louis-Dreyfus sebagai Presiden Selina Meyer, yang akibat kejadian sepele sering memicu keributan dengan konsekuensi tak terduga dalam jang panjang. Serial komedi peraih Emmy, Veep menghadirkan sepuluh episode season kelima di Indonesia juga pada jam yang sama dengan AS. Eksklusif di HBO mulai 25 April 2016 jam 09.30 WIB, dengan penayangan ulang di hari yang sama jam 21.30 WIB, sesaat setelah penayangan Silicon Valley







Saturday, April 23, 2016

3 SRIKANDI, FILM BIOPIK TERBARU DARI MVP





Film ‘3 Srikandi’ hadir dengan barisan bintang paling berkilau, mengisahkan perjuangan Indonesia di lapangan olah raga. Tiga putri terbaik bangsa, Nurfitriyana (Bunga Citra Lestari), Lilies (Chelsea Islan) dan Kusuma (Tara Basro) di bawah tempaan pelatih yang dikenal sebagai Robin Hood Indonesia, Donald Pandiangan (Reza Rahadian), mengharumkan nama bangsa ketika di Olimpiade Seoul 1988, di cabang panahan, mendapatkan medali pertama untuk Indonesia. Selain para bintang di atas, film juga dimeriahkan oleh Donny Damara (sebagai pak Udi), Mario Irwinsyah (Denny), Detri Warmanto (Andang) serta Indra Birowo (Ujang).



Film yang diproduksi oleh Multivision Plus dan diproduseri oleh Raam Punjabi ini bercerita tentang persahabatan, cinta dan semangat, di masa saat Indonesia berjuang mendapat pengakuan dan tempat di Olimpiade.



Pengambilan gambar ‘3 Srikandi’ dilakukan di berbagai lokasi ; Jakarta, Bandung, Puncak, Sukabumi, Surabaya, Makassar, serta Seoulsepanjang 44 hari. Di samping itu, lagu tema 3 Srikandi berjudul ‘Tundukkan Dunia’ ditulis Andi Rianto dan alm. Suwardi Widjaja, yang lebih dikenal Pak Iin. Dinyanyikan oleh Bunga Citra Lestari.



Film yang disutradarai oleh Iman Brotoseno ini direncanakan tayang mulai bulan Agustus 2016, mengiringi momentum Olimpiade Musim Panas ke-31 di mana atlet Indonesia akan ikut serta di 10 cabang olah raga, di antaranya di cabang panahan (dimana Nurfitriyana turut sebagai pelatih), angkat besi, dayung dll.




SINOPSIS

Indonesia di tahun 1988. Dunia olah raga mempersiapkan diri turun serta di Olimpiade Musim Panas ke 24 di Seoul. Cabang panahan berada di titik kritis, di mana dibutuhkan pelatih yang bisa menyiapkan tim panahan wanita dalam waktu yang singkat. Satu-satunya yang bisa diandalkan menjadi pelatih adalah DONALD PANDIANGAN yang dikenal sebagai “Robin Hood Indonesia”.

Tapi Donald sendiri sudah lama menghilang. Ia masih terpukul ketika di tahun 1980 saat ia bersiap mengikuti Olimpiade Moskow, ia batal pergi karena alasan politis. Kini ia hidup jauh dari panahan, bahkan olah raga. Selain pelatih, tim panahan pun harus dipilih 3 orang atlit wanita terbaik. Mereka adalah NURFITRIYANA (YANA), LILIES dan KUSUMA (SUMA).

Yana yang paling senior tinggal di Jakarta berasal dari keluarga militer yang keras dan disiplin. Selain kesulitan membagi waktu antara kuliah dan berlatih, Yana mesti menghadapi situasi rumah tidak harmonis, di mana sang ayah selalu menekan dan memojokkannya tanpa alasan jelas.

Di Ujung Pandang, Suma yang tomboy memiliki keluarga harmonis, tapi tidak cukup kuat secara ekonomis. Ayah Suma mendorongnya untuk mengikuti tes PNS yang akan membuat Suma meninggalkan panahan.

Sementara itu, Lilies yang luwes dan feminin tinggal di Surabaya, telah dijodohkan dengan laki-laki pilihan ibunya, sementara hatinya sudah tertambat pada DENNY, rekan sesama atlit.Hubungan Lilies dan Denny sampai mesti dijalankan diam-diam.



Waktu menuju olimpiade semakin dekat. Di bawah ancaman tidak akan diberangkatkan sama sekali, pengurus persatuan panahan, PAK UDI, mesti membujuk dan meyakinkan Donald untuk mempersiapkan tim panahan wanita. Pribadi Donald yang keras, militan dan amat disiplin, mesti mampu membentuk Yana, Lilies dan Suma mencapai puncak prestasi mereka.


ULASAN : SUPERDIDI



Tema film yang mengangkat seorang ayag dan anak bukanlah sebuah tema cerita yang tidak jarang muncul dalam sebuah film, dalam negeri maupun dalam negeri. Lewat hal ini kita bisa menyimpulkan jika tema film seperti ini akan selalu menarik diceritakan. Hal itulah yang kembali coba diangkat oleh “Superdidi” yang menceritakan tentang seorang ayah yang merawat 2 anaknya ditengah kesibukannya yang sangat padat. Yang menarik dari film produksi Multi Didi Film ini adalah film yang menceritakan tentang ayah ini disutrdarai oleh 2 sutradara wanita, Hadrah Daeng Ratu dan Adis Kayl Yurahmah.



Superdidi menceritakan Arka (Vino G Bastian) seorang arsitek muda yang harus merawat kedua putri kecilnya sendirian karena istrinya Wina (Karina Nadila) terpaksa keluar negeri selama 2 minggu. Siapa sangka, merawat 2 anak kecilnya lebih terasa sulit dari pada pekerjaan-pekerjaan Arka yang ada dikantor yang juga dikejar deadline. Kehadiran Oma Sayang (Ira Maya Sopha) dan Opa (Mathias Muchus) serta Mbak Ami (Tizza Radia) yang diharapkan bisa membantu Arka ternyata malah membuat semuanya makin kacau. Sepanjang film kita akan melihat Arka kesulitan dan kekonyolan Arka dalam merawat 2 putrinya Anjani (Anjanique Renney) dan Velia (Aviela Reyna) dimulai dari terpaksa harus nonton film Frozen, bertemu dengan ibu-ibu orang tua dari teman anak-anaknya sampai menjalin pertemanan baru dengan genk PEMBAJAK (Perhimpunan Bapak-Bapak Jaga Anak).




Ini bukan pertama kalinya kita melihat Vino G. Bastian yang berperan sebagai ayah yang merawat anaknya seorang diri. Sebelumnya kita bisa melihat penampilannya dalam Tampan Tailor yang meskipun kurang berhasil menjaring banyak penonton, dalam Tampan Tailor bisa dibilang adalah salah satu penampilan terbaik Vino G Bastian dalam film-filmnya. Dengan acuan seperti itu, peran sebagai ayah dalam Superdidi yang memiliki cerita lebih ringan dari pada Tampan Tailor seperti tidak menemui kendala bagi Vino G Bastian untuk memerankan Arka. Film ini malah mempunyai nilai lebih lebih pada pemeran-pemeran pembantunya yang berhasil dimaksimalkan oleh duet Hadrah dan Adis. Semua karakter-karakter pembantu dalam film ini tidak ada yang percuma. Dimulai dari karakter Karina Nadilla, Ira Maya Sopha, Joe P-Project, Mike Lucock dan terlebih Mathias Muchus, siapa sangka aktor senior yang lebih sering kita temui dengan karakter-karakter seriusnya ternyata bisa memerankan karakter komikal yang berhasil memancing penonton tertawa dalam setiap kemunculannya dalam film, hal yang belum pernah kita temui di film-film Mathias Muchus sebelumnya.



Dengan cerita yang ringan yang memang diperuntukan untuk keluarga, Superdidi adalah tontonan yang sangat mudah dicerna, bahkan untuk anak-anak sekalipun. Hampir setiap adegan komedi yang ditampilkan akan membuat penonton tertawa. Yang sangat terasa berlebihan ada pada dramanya terasa sangat didramatisir dan penyelesain akhir film yang terasa klise. Tetapi setidaknya hal itu tidak akan terlalu kita ingat setelah keluar bioskop.



Seperti yang sudah disinggung diatas, tema seorang ayah dan anak bukanlah sebuah tema yang jarang kita temui. Tetapi sedikit berbeda kasusnya dengan Superdidi, film yang bertema keluarga seperti ini belum ada kita temui selama tahun 2016 yang mana film-film lokal kita memasuki bulan ke-4 ini masih diramaikan fim-film dengan konten untuk usia remaja keatas. Hadirnya Superdidi bisa memberi ruang baru alernatif tontonan kita dengan keluarga.

Wednesday, April 20, 2016

78 FILM BISA DITONTON DI PERGELARAN EUROPE ON SCREEN 2016




Wow, pergelaran Festival Film Eropa yang lebh dikenal dengan sebutan "Europe On Screen" sudah memasuki tahun ke-16 di Indonesia tahun ini. Bagi Gila Film yang mengikuti festival ini dari tahun ke tahun pasti tahu bagaimana sangat menariknya festival ini. Karena festival menyajikan film-film dari eropa yang belum tentu bisa kita akses atau tonton di bioskop-bioskop lokal ataupun home videonya.


Di pergelarannya tahun ini, Europe On Screen  akan menayangkan 78 film yang akan ditayangkan di-6 kota besar (Jakarta, Bandung, Denpasar, Medan, Surabaya dan Yogyakarta) dari tanggal 29 April-8 May 2016 yang mana keseluruhan dari film bisa ditonton secara gratis seperti tahun-tahun sebelumnya. Dalam acara press confrence yang diadakan di Hotel Pulman, Jakarta Pusat, Mr. Julio Aras selaku Kepala Bagian Politik, Pers dan Informasi Delegeasi Uni Eropa untuk Indonesia berharap Europe On Screen 2016 melanjutkan pesan pemahaman antar budaya lewat media film kepada penonton-penonton Indonesia.

Dalam 78 fim yang akan diputar akan banyak film-film yang sayang untuk dilewatkan, hal itu makin ditegaskan oleh Mr. Orlo Suenke yang menjabat Festival Director di EOS 2016 ini mengatakan "Untuk EOS 2016, kami akan menyajikan line-up film-film yang sangat menarik. Datang dan nikmati film yang sudah kami siapkan".



Untuk malam pembukaan festival nanti, EOS 2016 sudah menyiapkan "Long Live Freedom" film yang disutradarai oleh Roberto Ando. Sementara penutupan akan ditutup oleh film "The Suprise", film dari sutradara pemenang Oscars Mike Van Diem.

Untuk tahun ini, ada sesuatu yang spesial yang diadakan untuk makin meramaikan  EOS 2016, yaitu ada pemutaran 2 film keluarga dan 13 film lainnya yang diputar diruang terbuka yang mana semua film dsugguhi dalam teks Bahasa Indonesia. So, teman-teman Gila Film bisa mengajak anggota keluarga dalam menonton film pilihan dari Eropa.



Selain pemutaran film, EOS 2016 akan dimeriahkan pula dengan kehadiran tamu istimewa, lokakarya dan diskusi film. Sejak empat ahn lalu,  EOS berupaya mendukung bakat dan visi kreatif dari para sutrdara pemula Indonesia. Maka seperti tahun-tahun sebelumnya, EOS tahun ini mengundang 5 sutradara Eropa untuk mengadakan lokakarya dan mengadakan diskusi dalam rangka berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Festiva Film Eropa merupakan inisiatif bersama dari para kedutan bear dan pusat kebudayaan Eropa di Indonesia. Festival ini diselenggrakan d Indonesia untuk pertama kalinya pada tahun 1990, kemudia yang kedua pada tahun 1999. Sejak tahun 2003, Festival ini mulai diselenggarakan setiap tahunnya di bawah slogan "Europe On Screen".






Wednesday, April 13, 2016

"JUARA THE MOVIE" TAK SEKEDAR SIMBOL KEMENANGAN BESAR



MagMA Entertaiment yang digawangi Produser Eksekutif Linda Gozali Arya pada hari ini resmi meluncurkan film terbaru: JUARA – The Movie. Dengan Charles Gozali selaku sutradara, film dengan genre aksi-komedi ini memperkenalkan pemain muda berbakat Bisma Karisma sebagai pemeran utama, kemudian aktor dan aktris ternama Indonesia Tora Sudiro dan Cut Mini, serta didukung oleh Ciccio Manassero, Anjani Dina, Mo Sidik, Cecep Arif Rahman, Qausar Harta Yudana, dan Arthur Stefano.



Lalu cerita apa yang dibawa film ini? Bersiaplah untuk menikmati elemen-elemen kejutan
dan alur cerita dinamis sesuai napas dan semangat anak muda yang menjadi pusat film
ini. Tak hanya itu, sajian sinematografi untuk mengangkat elemen bela diri di film ini akan
menjadikan penonton hanyut dalam semangat adrenaline menggelegak, dibalut dengan
unsur komedi yang sangat segar dan menghibur. Semuanya membungkus tema perjuangan dan kekuatan cinta menembus batas ruang waktu sebagai landasan proses menjadi seorang juara.



Produser MagMA Entertainment, Hendrick Gozali mengatakan, “Bagi kami, JUARA bukan
hanya sekedar simbol kemenangan tetapi merupakan proses perjuangan yang didasari niat, kerja keras dan tanggung jawab. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung produksi film ini hingga akhirnya siap tayang.” 



Bisma Karisma yang lebih dikenal sebagai penyanyi dan personel dari grup band SM*SH mengaku bangga bisa mempersembahkan kemampuan akting di JUARA yang merupakan film perdananya sebagai pemain utama, “Tentunya deg-degan ya apalagi ini film pertama saya, tetapi dukungan dari seluruh tim produksi dan kepercayaan serta arahan yang diberikan oleh Charles Gozali menjadikan saya menikmati setiap detik syuting film ini.”, ujarnya. 



Tak hanya akting, Bisma juga menjadi Co-Produser dan menciptakan serta menjadi penyanyi soundtrack film JUARA, diantaranya berjudul “Pemeran Pengganti” dan “Jangan Lupa”. Untuk semakin memberikan nuansa dinamis dan semangat muda, film ini juga
menghadirkan lagu dari album Winky Wiryawan – PLAYLIST.



“Saya sendiri bangga bahwa Bisma mampu menampilkan kreativitas terbaiknya untuk film ini. Terima kasih saya juga untuk seluruh pemain dan tim produksi. Semoga, JUARA yang tayang serentak 14 April mendatang menjadi inspirasi anak-anak muda menggapai mimpi terbaik dengan berjuang dan menikmati prosesnya.”, tutup Charles Gozali, sutradara dari JUARA THE MOVIE











ULASAN: THE HUNSTMAN WINTER'S WAR




Menonton film ini tentu saja kita menjadi ingat pada film animasi Disney, “Frozen” yang super terkenal itu. Elsa adalah seorang wanita dingin dengan kemampuan 'magic' es yang begitu mempesona, begitu menakjubkan. Selama film berlangsung dia mencari cinta sejati, yang pada akhirnya dia dapatkan dari adiknya sendiri, Ana. Freya (Emily Blunt) juga begitu, pada awalnya dia adalah seorang gadis yang memiliki hati yang lembut hingga dia berubah menjadi ratu es yang dingin dan penuh akan kebencian, terutama kebencian tentang cinta.



A not very long time a go, Freya adalah sisi lembut yang menjadi kelemahan bagi kakaknya sang ratu cantik jelita tetapi sangat licik dan jahat, Ravenna (Charlize Theron). Dia selalu bersanding di sebelah kakaknya yang menaklukan kerajaan demi kerajaan dengan kecantikan dan racun dalam tubuh Ravenna. Dalam perjalanan tersebut, Freya bertemu dengan seorang pria, Duke of Blackwood, mereka saling jatuh cinta dan Ravenna mengetahuinya. Niat Freya untuk segera melepas kedudukannya demi seorang pria dan demi anak yang dia kandung (bersama pria tersebut) membuat Ravenna bertanya-tanya "Benarkah cinta sejati itu ada? Bernarkah cinta dapat menaklukan segalanya?"



Pada akhirnya Ravenna membuktikan kepada Freya, kalau cinta itu tidak ada, pria tersebut telah membuat Freya sangat kecewa dan memunculkan kekuatan supernatural yang sangat kuat dari tubuh Freya. Setelah itu Freya meninggalkan kakaknya dan bermaksud menjadi ratu untuk dirinya sendiri, the Queen of Ice in the north. Kebenciannya akan cinta membuat Freya mengambil semua anak yang dia temukan dan mengajarkan kalau cinta itu dosa dan hukuman mati bagi mereka yang jatuh cinta. Freya membesarkan mereka untuk menjadi The Huntsman dan Huntswoman menaklukan kerajaan bahkan lebih besar dari kerajaan yang dimiliki oleh Ravenna.




Eric (Chris Hemsworth) dan Sara (Jessica Chastain) adalah Huntsman dan Huntswoman terbaik yang Freya miliki. Tetapi Freya juga curiga pada mereka berdua, kalau mereka berdua saling jatuh cinta. Kecurigaan tersebut terbukti, Freya murka dan hukuman mati bagi mereka berdua.



Tujuh tahun kemudian ternyata Eric masih hidup dan bertahan, bahkan Eric membantu Snow White untuk mengambil kerajaannya yang telah direbut oleh Ravenna. Ravenna mati dalam film "Snow White and The Huntsman". Tetapi teror Ravenna masih belum berhenti cermin Ravenna yang merupakan sumber kekuatan dari Ravenna telah hilang, Raja William (Sam Clafin) suami dari Snow White meminta Eric untuk mencari cermin tersebut dan membawanya ke Sanctuary. Eric curiga kalau cermin ini telah diincar oleh Freya, dan kalau benar, Freya akan menjadi Ratu yang tak terkalahkan dan menaklukan semua kerajaan yang ada. Eric dibantu oleh 2 kurcaci pria dan 2 kurcaci wanita untuk mencari cermin tersebut dan merebutnya dari tangan Freya. Dalam perjalanan tanpa disangka ada beberapa kejutan yang dihadapi Eric, dia bertemu dengan Sara yang dia lihat sebelumnya mati terbunuh. Siapakah Sara ini? Apakah Sara masih mencintainya? Apakah dia akan membantu Eric mencari cermin Ravenna? Akankah Eric dan Sara mempu menaklukan Freya dan membuktikan cinta sejati itu ada dan mampu menaklukan segalanya?



Film ini merupakan debut pertama dari sutradara Cedric Nicolas-Troyan yang sebelumnya menjadi supervisor dalam visual effect di banyak film, termasuk Snow White and The Huntsman. Maka dari itu jawara dari film ini adalah visual effect (CGI) yang begitu menakjubkan. Selain itu set produksi dan kostum yang begitu mumpuni dan saling mengisi visual yang menakjubkan. Soundtrack dari Ending credit title juga sangat baik dinyanyikan oleh Hasley. Lagu Castle ini sangat cocok dengan ambience yang 'bitter, dark dan cold' sesuai dengan karakter the Queen of Sisters. Terutama dinginya hati Freya dan kebencian hati Ravenna.





Dari jajaran cast memang sangat menggiurkan 3 aktris dengan kemampuan akting yang sudah teruji dan versatile dalam memerankan semua peran plus 1 aktor yang sudah menjadi ikon lakon pria macho dan hero. Ditambah 2 aktor dan 2 aktris pelengkap yang menjadi para kurcaci, mampu mencairkan suasana dan membawa kelucuan yang tak terbantahkan. Emily Blunt adalah bintang dari semua bintang yang ada di film ini. Dialah penggerak film ini. Dia tetap berada dalam standarnya dalam hal berakting, bagaimana cara dia menerjemahkan dirinya dari seorang wanita lembut dan menjadi ratu yang dingin yang penuh amarah akan cinta. Tapi bukan hanya itu, bagian dari ending ini dia tetap mempesona, dengan konflik yang ada bahwa cinta dalam dirinya masih ada terutama cinta kepada anak-anaknya Eric, Sara dan para the Huntsman. Charlize Theron meningkatkan performanya di film ini dari film sebelumnya. Kalau di film sebelumnya Theron belum belajar banyak bagaimana cara menjadi ratu jahat (karena dia hanya teriak-teriak dan memerintah saja), di film ini dia tau betul bagaimana caranya menjadi ratu yang cantik tetapi penuh duri dan racun dalam tubuh dan sifatnya. Seperti halnya bunga mawar, maka dari itu dia direpresentasikan dengan kostum mawar emas dengan duri dan racun hitam dari tubuhnya.



Chris Hemsworth dan Jessica Chastain adalah yang terlemah, bisa jadi karena script mereka yang memang sangat standar terutama aksen Britic (British – Celtic) mereka yang sangat annoying. Masih ada chemistry yang kurang diantara mereka berdua. Bahkan mungkin, film ini merupakan akting Jessica Chastain yang paling lemah. Ada pemikiran apakah role Chastain dan Blunt itu tertukar? Seperti kita ketahui, Chastain sudah pernah menjadi karakter wanita jahat dan dingin dalam film horor “The Crimson Peak”, sedangkan Emily Blunt sangat menakjubkan sebagai heroine dalam film sci-fi action “Edge of Tomorrow”. Walaupun begitu seperti apapun peran dan karakternya, kau harus bermain total. Di film ini, Chastain tidak sebaik Blunt. Chris Hemsworth adalah Chris Hemsworth, jangan berekspektasi bahwa dia akan melebihi kemampuan aktingnya dari film “Rush” atau aksi heroiknya melebihi karakter superhero Thor.



Tetapi bukan Chastain yang terburuk, narasi (yang sepertinya disuarakan oleh Liam Neeson) yang sangat sederhana dan naskah yang terlalu sederhana membuat film ini terlihat datar. Sangat datar, terlihat begitu mudah dan tergesa-gesa selesai. Pe eR besar bagi sang penulis Craig Mazin dan Evan Spiliotopolous. Bahkan klimaks di akhir film ini tidak mampu terbangun dengan baik. Klimaks yang menjawab Freya bahwa cinta itu masih ada atau tidak?



The Huntsman: Winter's War bukanlah film yang sulit untuk dicerna, maka dari itu para penonton akan mudah menerka bagaimana film ini akan berakhir dan pelajaran apa yang mereka dapatkan. Memang film ini seperti sebuah fairy tale untuk anak-anak yang tampaknya sia-sia bagi orang dewasa. Film ini juga 'galau', tidak mampu menentukan apa yang cocok untuk dikisahkan karena naskah yang begitu mudah dicerna anak-anak tetapi ada beberapa muatan yang kurang cocok bagi anak-anak. Galau, seperti halnya kegalauan dalam hati Freya mengenai cinta.



Benarkah cinta sejati itu masih ada? Dalam film Frozen, Elsa mendapatkan cinta dari adiknya. Dalam film The Huntsman, Freya mendapatkan cinta dari para anak-anaknya yang bertarung untuk cinta. Pada akhirnya Ravenna kalah, dia kalah karena benci dan iri terhadap apa yang telah diraih oleh adiknya. Dia kalah karena telah mempermainkan cinta adiknya yang mencintai Ravenna apa adanya.



My rate: 3/5



Nb: Sorry Stewart fans, walaupun film ini masih kurang baik, tetapi jauh lebih baik dari film sebelumnya. Setidaknya central dari film ini, Freya, sebagai pengganti Snow White bermain lebih apik diperankan.


(By Ibnu Akbar)

Thursday, April 7, 2016

ULASAN : RAKSASA DARI JOGJA






Film yang didaptasi dari sebuah novel adalah sesuatu hal yang sedang booming di industri perfilman tanah air. Dan perlu disadari, seperti yang diungkapkan oleh sutradara "Raksasa Dari Jogja" tidak mudah untuk bisa membuat film adaptasi sebuah novel karena mempunyai level kesulitan sendiri dari pada film yang diangkat dari naskah original. Pertama, film sudah mendapat lawan yang tangguh dalam bentuk ekspetasi para pembaca novelnya. Kedua adalah bagaimana sebagai pembuat fimharus bisa menggali sesuatu yang lebih. Sesuatu yang "ada" namun sekaligus "tidak ada" di novel tersebut.






Dan kali ini, setelah di 5 film terakhirnya menyutradarai film bergenre komedi, Monty Tiwa kali ini kembali menyutradarai film bergenre- drama-romantis setelah absen 4 tahun menangani genre seperti ini yang mana terakhir kali "Test pack" yang juga diadaptasi dari novel. Karina Salim dan Abrar Adrian didapuk sebagai pemeran utama dan didukung oleh aktor dan aktris yang sudah sangat kita kenal seperti Ray Sahetaphy Dewi Irawan, Ridwan Ghany, Sahila Hisyam, Kiki Farrel dan aktor langganan Monty Tiwa yaitu Dwi Sasono.





Sinopsis:

Bian (Karina Salim) punya segalanya. Wajah cantik, rumah elit di Jakarta dan pacar tampan. Realitanya sungguh berbeda. Sejak kecil, Bian selalu hidup dalam ketakutan. Sang Papa (Ray Sahetapy) yang dikenal sebagai politikus terhormat, sering melakukan KDRT terhadap Mama (Unique Priscilla). Bian memergoki pacarnya, Pras (Kiki Farel), berselingkuh dengan Letisha (Adinda Thomas), sahabat Bian sejak kecil. Bian memutuskan meninggalkan rumah dan kuliah di Jogja.


Bian yang tinggal di rumah Bude (Dewi Irawan) bersama Kevin (Ridwan Ghany) sepupunya, berubah jadi gadis pendiam dan selalu menutup diri. Dia selalu menolak ketika Rinta (Sahila Hisyam), pacar Kevin, mengenalkan Bian dengan teman-teman cowoknya. Bian berubah ketika bertemu dengan seorang pemuda bertubuh raksasa bernama Gabriel (Abrar Adrian) di sudut sepi kampusnya. Bian mengenali Gabriel yang pernah menolongnya di bus Trans Jakarta. Pertemuan ini membuat Bian minta informasi dari teman kuliahnya, Vanessa (Stella Cornelia).






Bian kemudian tahu kalau Gabriel juga bekerja sebagai jurnalis surat kabar. Setelah selesai membaca artikel demi artikel yang ditulis Gabriel, Bian semakin kagum dan jatuh hati. Sementara Gabriel sebenarnya sedang berusaha mengejar mimpinya melanjutkan kuliah S2 di Eropa. Dengan bantuan mas Angkola (Dwi Sasono), yang juga pemilik surat kabar tempatnya bekerja, Gabriel mendapatkan beasiswa. Takdir berkata lain. Ketulusan dan kelembutan hati Bian, membuat Gabriel yang sering dipanggil monster dari Jogja membuka hatinya.




Seperti yang sudah disinggung diatas dari ungkapan Monty Tiwa, bahwa tidak mudah bisa mengadaptasi sebuah novel menjadi media visual yang sangat bisa dinikmati oleh para penonton. Terlebih untuk plot cerita yang disajikan oleh "Raksasa Dari Jogja" sangat banyak kita temui di fim lainnya. Poin lebih ada pada skenario yang dipegang langsung oleh Monty Tiwa dan Ben Sihombing yang mampu merubah adegan ataupun dialog yang sebenernya terdengar dan terlihat chessy pun bisa divisualkan dengan sesuatu yang berbeda yang saya sendiri terasa sangat menikmati film ini.





Abrar Adrian memang masih terasa sangat kaku, tapi untungnya mampu ditutupi oleh Karina Salim sebagai lawan main. Dan Dwi Sasono adalah pemecah dan yang sangat menarik perhatian dalam setiap kemunculannya di layar dibandingkan karakter pendukung lainnya. Sepertinya Monty Tiwa sangat memberi kebebasan pada Dwi Sasono dalam mengimprovisasi karakter Angkola. Itu bisa terlihat bagaimana sangat leluasanya karakter ini.



Raksasa Dari Jogja bisa jadi tidak menawarkan sesuatu yang baru dari plot cerita, tetapi dengan skenario yang sangat bagus, Monty Tiwa sangat berhasil menampilkan film yang sangat menarik diikuti. Prediksi saya film ini akan makin banyak mendapat hati penggemarnya yang filmnya sudah release 31 Maret 2016.