Bermula dengan harapan dibalik kekecewaan 'penggemar' Batman v. Superman: Dawn of Justice (versi bioskop), Warner Bros pun tidak mau jatuh yang kedua kali dengan mengintervensi sedikit Suicide Squad untuk mendorong film para anti-superhero DC Comics ini hingga ketingkat yang bisa dinikmati kualitasnya sama dengan para superhero Marvel/Disney. Dikarenakan itu, film ini sangat diantisipasi bahkan tidak seberapa penggemar, penggila film maupun kritikus yang menaruh ekspektasi tinggi. Sayapun ikut berekspektasi tapi dengan kadar yang cukup rendah, karena sudah menjadi kebiasaan saya.
Ditulis dan disutradarai oleh David Ayer (Fury, End of Watch), Ayer pun punya beban berat untuk bisa membawa karakter anti-superhero ini agar bisa mendapatkan fanbase. Diceritakan sebagai buntut dari kejadian di Batman v. Superman: Dawn of Justice, masyarakat global tersadar bahwa dunia yang dikenal jauh lebih berbahaya, tidak cukup saja dengan liga pahlawan super untuk turun tangan menghadapi bahaya itu. Itulah mengapa Amanda Waller (Viola Davis) memberi sebuah solusi untuk mengumpulkan para anti-superhero untuk mengatasi bahaya-bahaya terburuk. Dibentuklah Suicide Squad, Deadshot, Harley Quinn, Captain Boomerang, Killer Croc, El Diablo. Disini saking banyaknya karakter ada beberapa yang tidak cukup dikembangkan. Bahkan hanya mondar mandir dengan plot yang tidak cukup penting dengan tembakan, ledakan dan kekerasan. Ada beberapa olok-olok cerdas, sebagian besar dari Robbie atau Smith.
Margot Robbie menjadi sorotan sepanjang film karena kegilaan, keseksian dan keluguannya namun anehnya Harley Quinn terlihat berbeda cenderung pengasih. Dia mendominasi setiap adegan, menunjukkan potensi yang sangat besar untuk menjadi sebagai ikon populer yang sama seperti karakter dalam komiknya. Dan yang menjadi pemancing film ini adalah The Joker, sang pacar Harley Quinn yang diperankan oleh Jared Leto terlihat sangat berbeda dari versi Heath Ledger. Leto mendapat kesempatan untuk membuat karakter sendiri dan itu cukup berhasil. Meskipun mungkin ada yang kecewa akan porsi The Joker dalam film ini.
Meskipun skrip tidak mengalir, begitu banyak yang mengental. Ayer dapat merakit tim yang beraneka ragam ini, membuat mereka berperang melawan gerombolan makhluk zombie, dan seringkali penggemar diajak nostalgia di lautan kilas balik dan hubungan ke seluruh alam semesta DC Comics. Bahkan bisa saja film ini mendapat status Cult. Film ini memiliki lebih banyak potensi yang akhirnya menjadi hanya menghibur dengan tidak mengambil risiko.
Pada akhirnya, setiap karakter anti-superhero ini mendapat momen untuk bersinar. Suicide Squad berhasil jauh lebih dari baik, terutama bila dibandingkan dengan film-film superhero DC Comics di tahun 2016 ini yang katanya dengan Murdervers-nya. Plot Suicide Squad yang tidak hanya sesuatu yang Marvel sodorkan kepada penggemarnya hal-hal yang super canggih, tetapi menunjukkan bahwa banyak para anti-hero metahuman ini memiliki sesuatu untuk dilakukan yang baik untuk dilakukan, dan itu cukup baik. Saya berharap Justice League yang sementara digarap dapat lebih menonjol lebih baik dari ini. Jadi apa yang harus dibenci dari Suicide Squad?
Review oleh Pasko