Banyak orang tidak suka Ben Affleck, untuk alasan apa pun, masa lalunya, keberanian untuk memerankan Batman dan lain-lain. Kali ini Affleck mencoba menjadi karakter mesin pembunuh yang sering dimainkan teman baiknya Matt Damon.
Plot dimulai ketika Ray King yang diperankan J. K. Simmons yang merupakan Direktur Divisi di Departemen Keuangan dibantu oleh analis keuangan berkepala dingin agen Medina (Cynthia Addai-Robinson), ingin melacak seorang akuntan misterius, seorang freelancer yang membantu bandar narkoba paling keji di dunia untuk sebuah pembukuan keuangan. Christian Wolff adalah seorang akuntan, mengambil pekerjaan untuk menganalisis keuangan yang berantakan dari sebuah perusahaan robotika yang didirikan oleh Lamar (John Lithgow). Akuntan perusahaan, yang diperankan oleh Anna Kendrick, telah menemukan beberapa penyimpangan keuangan jutaan dolar. Ketika karakter Kendrick, Dana terancam, Wolff dipaksa untuk meninggalkan zona nyamannya dan menjadi penyelamat-pelindung.
Sebagai Wolff, Affleck mempertahankan wajah batunya. Dia tidak punya banyak dialog. Perannya tampaknya menjadi perkawinan antara Rain Man dan Batman. Simmons, menghabiskan sebagian besar waktu layarnya menawarkan eksposisi, seakan plotline yang begitu rumit sehingga dia perlu untuk menjelaskan kepada penonton. Disisi positif, Kendrick menjadi penyeimbang dari film ini dengan masih membekasnya wajah komedinya.
Kilas balik terus dimanfaatkan oleh sutradara Gavin O'Connor untuk memberitahu tentang masa lalu Wolff di mana ayahnya ingin dia menjadi sesuatu yan berbeda, luar biasa dan mandiri. Ini mungkin satu-satunya teknik narasi untuk menunjukkan latar belakang yang emosional dari Wolff. Apalagi ketila kilas balik Ray King Si Ayah yg Baik mencoba membangun klimax tapi kehilangan momentum pada akhir babak.
The Accountant tampaknya mencoba untuk melakukan sesuatu yang sedikit provokatif dengan membuat karakter utamanya autis, dengan alasan bahwa orang-orang dengan kondisi ini mampu menjadi pahlawan. Itu patut dipuji. Diulas oleh termeong.com