Ini adalah sebuah film drama kriminal-thriller yang menceritakan kisah nyata penculikan dan pemerasan yang berlika-liku, namun melihat para sineas yang terlibat agaknya dapat membuat film ini menjadi semakin menarik untuk disimak. Digarap oleh sutradara kawakan Ridley Scott dengan menggandeng berbagai bintang berkualitas Hollywood, mengadaptasikan buku berjudul Painfully Rich: The Outrageous Fortunes and Misfortunes of the Heirs of J. Paul Getty karya John Pearson tahun 1995. Bersetting utama di Roma pada tahun 1973, film menceritakan peristiwa pnculikan cucu dari J. Paul Getty (diperankan oleh Christopher Plummer), seorang konglomerat terkaya di dunia pada masa itu oleh group mafia terorganisir Italia.
Hubungan internal dalam keluarga ini tidak sebagus kekayaan yang dimiliki. J. Paul Getti dikenal bukan seorang kaya yang dermawan, malah kikir, dan tidak memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga. Uang tebusan yang diminta untuk melepas sang cucu tidak langsung ia penuhi begitu saja. Sang ayah dari anak tersebut, menjalani hidup yang berantakan dengan minuman keras dan narkoba. Karena itulah beban lebih banyak tertumpu pada Gail Harris (Michelle Williams), ibu dari sang anak yang kini sudah bercerai dan tidak memiliki hubungan lagi dengan keluarga sang suami, terlebih soal kekayaan. gail Harris dibantu oleh Fletcher Chase (Mark Wahlberg), mantan petugas CIA yang juga merupakan negosiator dari perusahaan milik sang kakek. Berdua, mereka saling membantu dalam menghadapi berbagai tekanan dan tuntutan mafia untuk dapat mengembalikan sang anak.
Saya menonton film ini tanpa mengetahui banyak soal konten dalam film melainkan beberapa berita skandal dibalik produksinyai. Seperti kesenjangan pembayaran antara aktor utama dan juga skandal yang menyangkut Kevin Spacey sehingga perannya sebagai J. Paul Getty harus dipotong. Christopher Plummer ditunjukan untuk menggantikan perannya dan syuting ulang pun dilakukan segera dikejar pada masa-masa penghujung mendekati perilisan. Untungnya berbagai kendala seperti ini tidak mempengarusi hasil akhir film. Penggantian aktor dan syuting ulang tidak tidak dirasakan ketika menontonnya.
Film ini menyajikan kisah ironis dengan konflik yang berlika-liku dan panjang, nyaris membuat pikiran lelah, tetapi penggarapan dan performa para pemain yang mumpuni membuat setiap alur menjadi dapat dinikmati. Peristiwa-demi peristiwa yang terjadi memberikan perkembangan karakter yang juga mempengaruhi penonton. Ridley Scott memang kerap membuat karakter utama dalam film-filmnya begitu sengsara namun sekaligus itu juga yang mendorong mereka untuk menjadi lebih kuat sehingga kita ikut memberi simpati ketika bagaimana kisah yang dialami karakter tersebut berakhir. Para pemeran di sini semua sudah bermain dengan baik. Christopher Plummer yang mengambil alih peran secara mendadak rupanya tetap tampil apik, Mark Wahlberg juga tampil dengan bagus, kalau saja ia lebih sering lagi bermain dalam film serius sebetulnya itu akan lebih baik. Michelle Williams ditunjuk sebagai pemeran utama sebagai Gail Harris yang menurut saya karakternya begitu menantang dan ia telah menampilkan performan yang brilian. Sebagai seorang single mother yang buah hatinya disandera, banyak tekanan dari berbagai pihak dan peristiwa yang harus ia hadapi menjadikannya sebagai karakter yang sangat menarik. Mulai dari (mantan) ayah mertua yang acuh-tak acuh, perkara legalitas hukum setelah perceraian, sorotan media dengan segala asumsi dan penghakiman mereka yang sangat gencar, hingga ancaman keselamatan anak sendriri dari tangan mafia. Semua ini bisa saja membuat sesorang menjadi stress dan gila namun didorong oleh rasa cintanya yang besar pada dang anak, Gail Harris tetap tegar dan dapat mempertahankan akal sehatnya dalam menghadapi situasi.
Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah dalam film ini. Tentang kekayaan yang mengubah pandangan manusia terhadap sesama bahkan pada keluarga sendiripun, hingga kegigihan seorang ibu dalam memperjuangan keselamatan anaknya. Beberapa kekurangan yang saya rasakan adalah bagian awal film yang membangun cerita bukan secara linear tapi berputar-putar dengan flashback dan ini cukup mebingungkan, dan juga konflik yang terjadi menuju penghujung film mulai terasa berlebihan dan seperti disengaja untuk menunjang intensitas cerita. Namun ecara keseluruhan film ini sangat menarik untuk ditonton, adapun niali plus lain yang paling saya nikmati dari film ini adalah bagian teknis seperti sinematografi dan tata warna film khas Ridley Scott yang terkesan mewah dan solid. Bicara soal khasnya sang sutradara, dalam film ini juga tidak luput dari adanya adegan dengan graphic content yang bisa membuat penonton merasa ngilu dan meringis ketika menyaksikannya.
(By Arief Fandy)