Friday, September 24, 2021

ULASAN: SPACE JAM A NEW LEGACY




FilmSpace Jam (1996) merupakan sebuah pencapaian luar biasa untuk film bertemakan olahraga khususnya bola basket. Film ini juga cukup revolusioner karena menggabungkan antara live action dan animasi dan berisikan bintang-bintang basket terkenal di era itu (dengan Michael Jordan sebagai pemeran utamanya) serta digabungkan dengan karakter Looney Tunes yang sudah melekat di benak para penonton. 25 tahun berselang Warner Bros. memiliki ide untuk mendaur ulang ide lama menjadi sesuatu yang fresh untuk abad 21, muncullah ide untuk memasang ikon Lebron James sebagai suksesor Michael Jordan dan memakai semua franchise WB yang sudah sangat berkembang.Malcolm D. Lee ditunjuk sebagai sutradara yang sudah berpengalaman dalam penyutradaraan beberapa film komedi. Don Cheadle, Khris Davis, Sonequa Martin-Green, dan Cedric Joe juga ikut dalamd daftar cast yang meramaikan film ini.




Space Jam: A New Legacy berfokus pada keluarga LeBron James dan anaknya Dom (Cedric Joe) yang ternyata memiliki bakat merancang video gim. Suatu hari dalam perjalanan ke studio Warner Bros. untuk meeting mengenai ajakan bermain film, Superstar NBA LeBron James dan putranya secara tidak sengaja terjebak dalam dunia yang berisi semua Warner Bros hal ini disebabkan ulah sebuah AI kuat bernama Al-G Rhythm(Don Cheadle). Dengan bantuan Bugs Bunny, LeBron harus menavigasi dunia yang belum pernah dibayangkan sebelumnya yang dipenuhi dengan adegan film dan karakter ikonik dari Warner Bros.LeBron harus bekerjasama dengan karakter Looney Tunes untuk menyelamatkan putranya yang hilang akibat ulah Al G. Lebron dan Bugs Bunny serta para karakter Tunes lainnya harus bahu membahu mengungkap rencana misterius Al G dan memenangkan pertandingan bola basket epik melawan versi digital dari rekan-rekannya di NBA yang sudah dimodifikasi. Akankah Lebron mampu memenangkan pertandingan basket di dunia virtual ini dan menyelamatkan Dom? Jawabannya dapat ditemukan setelah anda menonton film ini.




Sepanjang durasi 115 menit, saya tidak mendapati keseruan yang ada di film pertamanya. Cukup sulit memang jika kita membandingkan dengan film pertamanya. Film ini memakai formula generik soal hubungan ayah-anak yang bermasalah dengan pertandingan basket sebagai suguhan utama untuk sarana pemecahan konflik. Di sisi lain film ini Nampak seperti showcase semua IP milik WB mulai dari Harry Potter, King Kong, Game of Thrones, Superman, Batman, Casablanca, The Iron Giant, Yogi Bear, The Mask, Mad Max: Fury Road, and, of tentu saja Looney Tunes. Semua IP tersebut lebih sebagai distraksi ketimbang menambah dinamika cerita. Modernisasi cerita terlihat dicoba untuk ditampilkan di sini di mana kita tahu di abad 21 semua dikendalikan algoritma, hal yang jamak ditemui dalam semua aplikasi yang kita gunakan saat ini (Netflix, Spotify, Tiktok, Instagram, dll). Sayangnya penuturan cerita ini tidak terasa menyatu dan solid malah terkesan aneh dan agak dipaksakan. Untuk adegan puncak pertandingan basketnya sendiri akan membuat penonton terbagi antara yang suka pertandingan basket klasik dengan yang menyukai basket ala video game yang sarat dengan ability khusus. Overall untuk anak-anak mungkin akan dinikmati namun untuk para penonton yang ingin merasakan nostalgia dan memiliki ekspektasi bahwa “legacy” film pertamaakan diteruskan maka nampaknya ekspektasi anda perlu diturunkan.




Untuk kemampuan akting LeBron James adalah aktor yang memiliki kemampuan akting lebih baik daripada acting yang dilakukan Michael Jordan di film pertamanya 25 tahun yang lalu. Cheadle, yang seharusnya lebih berpengalaman nampak sulit menempatkan diri dalam cerita film ini padahal penampilannya di film Marvel atau pun film mainstream lainnya tidak diragukan. Salah satu aspek yang mungkin perlu mendapat pujian adalah chemistry yang ditampilkan LeBron Bersama keluarganya. Cedric Joe, Ceyair J. Wright dan Sonequa Martin-Green memerankan karakter fiksional anak-anak dan istri LeBron dengan cukup baik sehingga penonton bisa merasakan kehangatan dan tradisi keluarga sang bintang



Space Jam New Legacyterasa kurang mengena ketika ditonton. Keseruan yang didapat sewaktu menonton film pertama tidak didapatkan lagi di sini. Film ini punya semua formula yang dibutuhkan untuk menjadi sebuah hittetapi pemilihan plot yang kurang relate dan masuk akal srta cerita klise soal masalah dalam keluarga menyebabkan film ini menjadi kurang mendapat respon bagus.Usaha WB untuk melanjutkan kesuksesan film pertamanya melalui film sekuel ini menjadi pelajaran bahwa ada beberapa film dari masa lalu yang semestinya tetap dibiarkan begitu saja dan tidak dipaksakan untuk mendapat sekuel.


Overall: 6/10

(By Camy Surjadi)























Sunday, September 5, 2021

Hadir Kembali Akatara 2021, The Biggest Indonesian Film Business Forum & Film Market Siap Pertemukan Filmmaker dan Investor




Diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Akatara

kembali hadir di tahun ini. Di tahun-tahun sebelumnya, Akatara dikenal sebagai forum yang

mempertemukan pembuat film dengan investor dari dalam dan luar negeri.

Di 2021 ini, Akatara kembali sebagai “The Biggest Indonesian Film Business Forum & Film Market”.

Bukan hanya menjadi forum penghubung sineas dengan investor, tetapi juga dengan tujuan

mengembangkan ekosistem perfilman dengan menciptakan akses pembiayaan dan mendorong film

entrepreneurship yang profesional.

Untuk membuka rangkaian Akatara 2021 ini, kick off telah berlangsung pada Selasa 15 Juni 2021, di The

Westin, Jakarta. Dihadiri oleh sejumlah nama yang ikut mendukung berlangsungnya acara ini di

antaranya, Hanifah Makarim selaku Direktur Akses Pembiayaan Kementerian Pariwisata Ekonomi

Kreatif, Fadjar Hutomo selaku Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif, Dewi Umaya selaku Wakil Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia, Judith J. Dipodiputro selaku

Direktur Utama PFN, dan Vivian Idris selaku Direktur Program Akatara.

Setelah sempat absen di 2020 lalu karena pandemi, AKATARA 2021 hadir dengan format baru. “Era

normal baru industri yang relevan dengan perubahan dan perkembangan dunia konten dan film. Dengan

kembalinya Akatara, semoga bisa mengajak sineas tanah air untuk ikut serta dalam setiap rangkaian

acara dan bisa menumbuhkan semangat perfilman untuk kembali membangun ekosistem yang sehat,”

jelas Hanifah Makarim selaku Direktur Akses Pembiayaan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif.

Rangkaian acaranya sendiri, tidak hanya forum pertemuan sineas dengan investor. Di tahun ini, Akatara

akan dibuka dengan roadshow ke tiga kota; Bandung (11-13 Juli 2021), Padang (22-24 Juli 2021) dan Palu

(2-4 Agustus 2021). Dilanjut dengan Workshop 9-13 Agustus 2021. Rangkaian acara berikutnya yaitu

seminar online pada 24-26 Agustus 2021.

Pada Oktober 2021 baru akan diadakan pitching forum, yang akan mempertemukan pemilik proposal

dengan para sumber pembiayaan dan permodalam dalam bidang perfilman. Ini adalah waktu untuk

pembuat film unjuk kebolehan di depan investor dan mendapatkan pendanaan untuk film mereka.




“Akatara tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya sebab industri perfilman global berubah

akibat imbas pandemi. Akatara 2021 adalah sebuah usaha untuk ikut mendorong kebangkitan industri

dan menggulirkan roda ekosistem perfilman Indonesia, juga menjadi ruang bagi stakeholder perfilman

untuk bersama menciptakan era normal baru industri film Indonesia.”, ungkap Vivian Idris selaku

Direktur Program Akatara.

Bagi sineas yang ingin ikut serta dalam pencarian pendanaan pembuatan film, bisa langsung mengikuti

pendaftaran proposal mulai 1-31 Agustus 2021. Sineas yang terpilih nantinya berkesempatan mengikuti

pitching forum di bulan Oktober 2021.