Wednesday, July 25, 2018

ULASAN: MISSION IMPOSSIBLE 'FALLOUT'



Adalah sebuah pemikiran logis mengorbankan 1 orang untuk kebaikan banyak orang lain. Atau sebuah pemikiran yang sangat bersifat militer dengan mengorbankan 1 orang tetapi dapat menghindari bahaya bagi banyak orang. Mungkin bagi sebagian orang pemikiran ini sangat masuk akal, dan dapat dimaklumi apabila terjadi dalam keadaan terdesak. Tetapi hal ini tidak bagi Ethan Hunt. Dia akan melindungi sebisa mungkin yang dia lakukan saat itu, tidak mengorbankan orang lain hanya demi sebuah perbuatan yang kadang disebut “for the greater good”. Hal inilah yang akan selalu dilakukan Ethan dalam sebuah misi yang tidak mungkin bisa dibilang akan berhasil.



Ethan Hunt (Tom Cruise) memang tidak pernah menolak sebuah misi yang diajukan oleh IMF (Impossible Mission Force), karena misi tersebut selalu mengutamakan kepentingan dan keselamatan orang banyak. Dia memang memiliki sifat yang baik dan bahkan lembut, sifat inilah yang banyak disukai (dan membuatnya dipercaya) oleh teman-temannya termasuk isterinya, Julia (Michelle Monaghan). Misi kali ini adalah mengamankan 3 buah bahan peledak nuklir (plutonium) yang diincar oleh organisasi jahat, Syndicate. Ditangkapnya Solomon Kane (Sean Harris) dalam Mission: Impossible – Rogue Nation, membuat organisasi jahat ini tidak berhenti begitu saja, justru mereka tetap bergerak menjalankan misi anarkis mereka bersama The Apostles, organisasi turunan dari Syndicate.



Di awal film, Ethan Hunt, Benji Dunn (Simon Pegg) & Luther Stickell (VingRhames) gagal mendapatkan 3 buah Plutonium. Ethan terpaksa harus menyelamatkan Luther dan kehilangan 3 buah Plutonium. Kegagalan ini membuat Ethan dan tim harus diawasi oleh CIA dan seorang agen bernama August Walker (Henry Cavill), yang merupakan seorang pembunuh dibawa oleh CIA dari Special Activities Division. Hal ini tidak mematahkan langkah IMF, justru membuat mereka lebih solid, bahkan Sekretaris IMF, Alan Hunley (Alec Baldwin) mengagumi kegigihan Ethan untuk tetap menjalankan misi tanpa harus kehilangan teman-teman terbaiknya.



Misi berlanjut ke Paris, di sana dia harus mempertemukan John Lark dengan White Widow (Vanessa Kirby). John Lark adalah seorang teroris dan calon pembeli Plutonium, dari White Widow yang diduga memiliki Plutonium.Misi tidak berjalan mulus begitu saja, ternyata ada Ilsa Faust (Rebecca Ferguson) seorang mantan agen MI6 yang menggangu jalannya Misi IMF. Dia mengincar Solomon Kane yang ternyata diinginkan juga oleh White Widow sebagai penukaran Plutonium yang telah hilang. Akankah Ethan Hunt berhasil mendapatkan Plutonium yang diincar Syndicate untuk menghancurkan sebagian besar populasi dunia? Lalu bagaimana caranya Ethan Hunt dan tim menukarkan Solomon Kane yang menjadi tahanan berganti di tiap negara tanpa terbunuh dari kejaran Ilsa Faust? ApamisiIlsa Faust yang sebenarnya?



Tom Cruise tampaknya tidak pernah lelah untuk bermain aksi yang menengangkan dan bahkan mungkin bisa merenggut nyawa. Dia kembali menjadi Ethan Hunt dan membuat dirinya sebagai salah satu agen IMF yang tak tergantikan. Bagi sebagian orang ketika menyebut istilah Mission: Impossible mereka akan selalu mengingat Tom Cruise sebagai Ethan Hunt. Cruise, yang meluncurkan waralaba padatahun 1996, membawa pemahaman yang tak tertandingi tentang apa yang membuat film Mission: Impossible bekerja. Menurut penulis skenario dan sutradara Christopher McQuarrie. “Tom adalah penjaga bara api dalam film ini. Dia adalah pembuat film yang naluriah dan sangat emosional. Dia tahu Ethan Hunt, dan dia tahu apa yang membuatnya menjadi karakter yang menarik pada tingkat yang benar-benar naluriah. ”



McQuarrie percaya salah satu alasan mengapa waralaba film ini tetap sangat populer adalah keinginan Cruise yang tak pernah puas untuk membuat setiap film lebih menegangkan dan intens dari pada pendahulunya. "Dia tidak akan pernah diam," kata sutradara, yang juga mengarahkanMission: Impossible – Rogue Nation (2015). “Tapi yang terpenting dia tidak pernah melupakan penonton. Tom adalah penghibur pertama dan yang paling utama. Semua yang dilakukannya di film adalah untuk membawa Anda ketempat-tempat yang belum pernah Anda kunjungi, untuk menunjukkan hal-hal yang belum pernah Anda lihat, dan untuk menempatkan Anda dalam pengalaman di sana bersamanya. ”



Menurut Cruise, Mission: Impossible - Fallout adalah puncak dari semua film sebelumnya dalam waralaba seri ini. "Anda akan melihat beberapa karakter yang kembali bermain di film ini dengan sebuah kesimpulan yang menjawab dari film-film sebelumnya," katanya.“Pada awal film, buku The Odyssey dipilih karena alasan yang sangat spesifik. Perjalanan karakter saya, Ethan Hunt, dan timnya adalah pengembaraan yang terinspirasi berdasarkan kisah di buku tersebut. Ini adalah kisah pribadi yang epik, dan ada pertaruhan emosional yang sangat besar untuk para karakter.”



Begitu menjiwainya Tom Cruise benagai Ethan Hunt, hal ini berdampak pada aktor lainnya termasuk Henry Cavill, Rebecca Ferguson dan Simon Pegg. Henry Cavill dan Rebecca Ferguson juga ikut-ikutan Tom Cruise untuk melakukan aksi sendiri dengan meminimalisir penggunaan CGI dan stuntman. Tembakan-tembakan gambar yang diambil oleh Chistopher McQuarrie dan tim benar-benar ciamik dan menegangkan dalam level aksi yang tak terbantahkan. Film ini seakan-akan mempecundangi aksi film-film superheroes yang penuh dengan adegan CGI. Simon Pegg yang memang didapuk membawa suasana film menjadi lebih cair dengan ke-naifan dari karakter Benji juga terbawa suasana dan ingin merasakan sekali-kali berlaga seperti Cruise, Cavill dan Ferguson.



Lalu bagaimana dengan aksi yang dijanjikan oleh film ini ? Salah satu aksi yang sangat indah untuk koreografi pertarungan langsung tangan kosong adalah adegan perkelahian di kamar mandi pria antara tim dengan orang jahat, aksi yang berlangsung dengan teknik penyuntingan gambar yang minim membuat film ini berada dalam satu level film seni bela diri, pukulan realistis mendarat dibadan para pemain tanpa stuntman menghasilkan bunyi gedebuk yang indah. Mungkin akan sangat mainstream apabila para penonton disuguhi keajaiban kota Paris, tetapi Hunt bukanlah orang yang suka duduk di kafe pinggir jalan sambil mengamati pejalan kaki, dia lebih bahagia di mobil dan sepeda motor yang menyusuri jalan-jalan batu besar, kebut-kebutan dikejar mobil polisi Citroen yang cukup lambat. Seakan-akan adegan kejar-kejaran ini mengukuhkan bahwa motor BMW S 1000 RR Superbike adalah motor tercepat dan terlincah yang pernahada. Kadang-kadang sebagian besar pengemudi yang ada di jalan Paris membunyikan klakson mereka di lalu lintas padat Paris,tetapi Hunt tanpa kesulitan mampu melintasi liak-liuk jalan Paris di kecepatan 60-80 km/jam tanpa merobohkan satu pun warga sipil. Belum lagi aksi yang mereka lakukan di London dan Kashmir. Penjelasan aksi yang tertulis hanyalah sekelumit dari banyaknya aksi yang membuat detak jantung kita sulit untuk tidak berdegup kencang. Sungguh menegangkan.



Tapi apakah film ini hanya menjual film aksi ? Jawabannya TIDAK. Film ini selain memiliki aksi yang solid, tetapi didukung dengan cerita dan naskah yang lebih solid lagi. Seakan-akan Mission: Impossible Fallout adalah waralaba terakhir mereka, sehingga mereka memberikan 100% lebih baik dari sebelumnya. Akan ada mata-mata yang menyelinap, aka nada pertemuan nostalgia yang mengharu-biru dan juga akan ada perpisahan yang sangat manis bagi salah satu karakter Mission: Impossible. Sebuah pelepasan agar Ethan Hunt dan tim bisa bekerja lebih maksimal lagi di misi-misi selanjutnya. Siapakah dia?Penasaran?

Apakah nama besar Tom Cruise, aktor komedi Simon Pegg, aktris cantik Rebecca Ferguson dan aktor tampan Henry Cavill adalah sebuah jaminan mutu bahwa film tersebut akan berhasil? Aktor-aktris tersebut telah banyak bermain film dan telah dikenal publik secara meluas, tetapi tentu saja ada banyak variabel yang membuat kesuksesan sebuah film diluar dari darinama-nama besar para pemain. Mari kita tengok beberapa film mereka sebelum Mission: Impossible – Fallout. Tom Cruise sembelumnya bermain dalam sebuah film yang mengecewakan dalam sebuah waralaba baru The Mummy (2017), lalu Rebecca Ferguson yang juga bermain dalam film thriller mengecewakan dalam film The Snowman (2017) danThe Girl on The Train (2016). Henry Cavill juga bermain dalam sebuah waralaba film superheroes yang bisa dibilang gagal dalam hal kualitas dalam film Justice Leagues (2017) dan BvS (2016) dan terakhir Simon Pegg sebelumnya bermain dalam film Terminal (2018) yang dikritik habis-habisan oleh para kritikus.



Lalu bagaimana kalau empat nama tersebut beraksi dalam sebuah film waralaba agen mata-mata Amerika dari organisasi IMF ? Mereka telah berhasil menebus kekecewaan para fans dengan sebuah suguhan sangat apik dalam film terbaru Mission: Impossible. Seperti halnya tim Ethan Hunt yang menebus kesalahan dan kekurangan mereka yang telah kehilangan Plutonium di awal film, sehingga mereka lagi-lagi menyelamatkan jutaan nyawa. Mission: Impossible – Fallout adalah sebuah film yang bermisikan penebusan bagi para karakter dan juga bagi para aktornya. Karena mereka tetap ingin bertahan dan selalu ingin memberikan yang terbaik bagi orang lain dengan meminimalisir kesalahan. So, if we make mistakes and disappoint others, don’t forget to redeem it in the future.

ULASAN: INUYASHIKI



Apa yang pertama kali terbesit di benak ketika mendengar kata superhero? Apakah kostum? Superpower ? Simbol ? Penumpas kejahatan ? Identitas Rahasia ?. Sebenarnya apa yang membuat seorang karakter yang ditampilkan dapat disebut pantas untuk dilabeli sebagai superhero atau pahlawan super?Sejauh ini banyak sekali definisi dari superhero yang dilontarkan oleh sekian banyak tokoh, juga melalui pengarang / pencipta atau penulis komik itu sendiri.Namun, dari sekian banyak definisi yang diberikan, mereka masih belum mencapai titik temu persetujuan untuk definisi superhero yang bisa diterima secara universal.



Hal itulah yang ingin dikisahkan dari sebuah film Inuyashiki dari manga yang yang berjudul sama dan sudah diterbitkan di tahun 2014 ini. Inuyashiki Ichiro (Noritake Kinashi) memiliki kesulitan sepanjang hidupnya; dia sudah lansia, dia tidak punya teman, dipermalukan di depan umum di tempat kerja karena ketidakbecusannya, dan anggota keluarganya tidak menghormatinya, khususnya anak perempuannya, Mira (Ayaka Miyoshi) yang sangat membencinya. Dia adalah pecundang paruh baya.Satu-satunya yang mampu menghiburnya adalah seekor anjing liar bernama Hanako.



Shishigami Hiro (Takeru Satoh) adalah seorang remaja tampan teman sekolah Mira.Dia berhati dingin karena keadaan.Ayahnya menceraikan Ibunya arena dia betemu dengan wanita yang lebih muda.Saat ini Ayahnya bahagia bersama keluarga barunya.Sedangkan ibunya terkena penyakit kanker yang mematikan.Merasa tersisihkan dari dunia dengan segala kesulitan yang menderanya Hiro putus asa.



Pertemuan pertama kali antara Inuyashiki dengan Hiro adalah pertemuan bencana bagi mereka.Tanpa diduga terjadi kecelakaan aneh yang menimpa mereka berdua, dari kecelakaan aneh tersebut terjadilah rentetan peristiwa aneh lainnya yang menimpa mereka.

Inuyashiki yang berhati lembut masih ingin menjadi orang yang baik. Jadi tidak mengherankan,dari kecelakaan aneh tersebut yang menjadikannya seseorang dengan tubuh mekanik yang sangat kuat, dia memutuskan untuk menggunakan kekuatan barunya membantu orang lain. Berbeda dengan Hiro, dia memiliki rencana lain dengan kekuatan yang iamiliki, dia awalnya hanya ingin memberikan pelajaran kepada siapa pun yang mencoba menyakiti orang yang dicintainya. Tetapi siapa sangka kemampuannya yang sudah bagaikan tuhan tersebut membutakan dirinya. Dia tidak membutuhkan nilai-nilai dan norma moral yang ada, Hiro berubah menjadi pembunuh berhati dingin, dia memutuskan untuk membunuh siapapun yang mengganggu dirinya dan orang-orang disekitarnya.



Puncaknya, dia bermaksud membunuh semua manusia yang ada di Jepang sebagai hukuman atas penganiayaan masyarakat Jepang terhadap dia dan ibunya.Kemampuan Hiro yang sudah melebihi batas dan membahayakan dunia membuat Inuyashiki menyadari bahwa hanyalah dia yang dapat menghentikan Hiro.Ando (Kanata Hongo) teman dekat Hiro, justru malah membantu Inuyashiki untuk menghentikan aksi gila Hiro.Apakah Inuyashiki dan Ando mampu menghentikan Hiro?Lalu apakah Inuyashiki seorang lansia yang terlihat pecundang mampu menjadi “Hero” bagi Jepang?Bahkan bagi keluarganya?



Takeru Satoh sangat apik sekali berperan sebagai ShishigamiHiro (walaupun sedikit kecewa, karena mengharapkan pemeran yang lebih muda, disesuaikan dengan usia Hiro) yang suka merenung dengan tatapannya yang dingin dan keinginannya yang jelas untuk membunuh. Dia mampu memastikan penonton bahwa dia sanggup berperan sebagai seorang anti-pahlawan- yang sangat berbeda sekali karakternyadari peran sebelumya.Mengingat betapa terkenalnya dia karena memainkan karakter yang menyenangkan seperti pahlawan yang komikal dan melegenda dalam waralaba Rurouni Kenshin.Sangat menggembirakan melihat Takeru Satoh bisa berada di luar zona nyamannya dan berkembang dalam peran yang begitu gelap di sini.Dia mengeluarkan ancaman sebagai remaja yang salah paham, menggunakan tampilan dan gerakan yang paling halus untuk menambah ketegangan pada setiap adegan yang ditampilkannya.Bahkan ketika dia menggunakangesture tubuh pistol tangansudah terlihat menakutkan dan terasa mengancam.



Meskipun jelas merupakan pembunuh yang kejam, penonton diberi pandangan yang begitu rinci pada kisahnya yang bermasalah dan emosional dalam cerita abu-abuyang kabur antara yang baik dan yang jahat.Sebagai penonton, dapat bersimpati dengan Shishigami karena kehidupan keseharian yang sulit, tetapi itu hanya pada awalnya. Setelah dia menjadi tersangka pembunuhan karena membunuh dengan membabi buta, penonton akan dibuat benci sekali dengan Hiro.Inilah puncak kesuksesan Takeru Satoh. Inuyashiki juga diremehkan oleh orang-orang di sekitarnya sehingga sangat sulit untuk merasakan apa pun kecuali penghinaan untuk bisa ditolerir lagi, tetapi tampaknya penulis sengaja memberikan pendalaman karekter yang lamban bagi Inuyashiki, sehingga Noritake Kinashi yang seorang aktor veteran tidak memberikan kesan yang luar biasa.Walaupun begitu Noritake Kinashi di usianya yang sudah lanjut, mempu memberikan sebuah kekaguman karena sanggup memerankan peran yang membutuhkan aksi yang sangat menguras tenaga ini.

Keunggulan lainnya dari film ini jelas efek visualisasi yang mengagumkan. Tubuh mekanis Shishigami dan Inuyashiki secara mengesankan ditampilkan di layar, dan di klimaks film terbukti menjadi sorotan utama film ini. Ini adalah adegan yang mendebarkan dan penuh aksi menyaksikan duocyborg saling bertarung di langit Tokyo dalam pertarungan yang bombastis.Setiap pukulan, tendangan bisa dirasakan ketika kedua cyborg bertarung, dan pertempuran terakhir mereka terbukti menjadi yang paling tulus karena menyentuh hal-hal pribadi mereka masing-masing.

Sebagai film adaptasi, dari manga dan anime yang sudah terkenal lebih dahulu, Inusyahsiki tidak kesulitan menjadi film yang sukses secara komersil.Tetapi sebagai film pertama dari trilogi yang telah dikonfirmasi, Inuyashiki tampaknya terlalu terburu-buru menghasilkan sebuah adegan aksi yang WOW tanpa memberikan pendalaman karakter yang seimbang diantara kedua pelakon utama.Diharapkan dalam film keduanya, peran Inuyashiki bisa lebih dalam lagi dan lebih bisa menandingi karakter Shishigami. Diharapkan juga karakter Hiro Shishigami tidak meniru atau mengekor bahkan terjebak dalam karakter Yagami Raito (Light) dalam waralaba Death Note. Shinsuke Sato (yang juga menyutradarai waralaba film Death Note dan film Bleach) memiliki tugas yang besar dan berat untuk meneruskan film. Walaupun dia mampu menuntaskan film pertama membawa visi asli Hiroya Oku.



Secara visi, Inuyashiki adalah pahlawan dalam kisah film Inuyashiki, dia adalah pria lansia yang payah tetapi memiliki keinginan yang kuat untuk menyelamatkan banyak orang dengan kekuatan barunya. Dia adalah pecundang yang bisa menjadi pahlawan tetapi dengan membutuhkan bantuah dari mahkluk asing.Tetapi berbeda dengan Shishigami Hiro, dapat diartikan dialah pahlawan film ini, dengan karakternya yang begitu hidup dan diperankan sangat baik oleh Takeru Satoh, Hiro seorang pemuda psikopat ternyata mampu menggerakkan film menjadi sebuah rentetan aksi yang klimaks dan cukup memuaskan.Jadi siapakah pahlawan di film ini menurut kalian?

ULASAN: DETECTIVE CONAN 'ZERO THE ENFORCER'



Tahun 2018, Detektif Conan mengeluarkan film terbaru yang berjudul Zero The Enforcer. Berlatarkan di sebuah resort yang berlokasi di Tokyo Bay, bernama Edge of Ocean, gedung yang akan digunakan Jepang saat menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Tokyo pun meledak dengan hebat. Departemen Polisi Metropolis menduga ledakan ini berkaitan dengan gerakan terorisme internasional yang hendak meneror agenda KTT Tokyo yang akan dilaksanakan satu minggu lagi. Namun setelah diselidiki, nama si Detektif Tidur Kogoro Mouri pun muncul sebagai orang yang diduga sebagai pelaku peledakan. Mengetahui hal ini, Conan pun mulai ikut melakukan penyelidikan. Muncul satu nama yang diduga terlibat dalam penangkapan Kogoro Mouri dan peledakan gedung yang akan dijadikan tempat penyelenggaraan KTT Tokyo, Amuro Tooru.



Mengangkat tajuk “Truth vs Justice”, film Detektif Conan yang ke-22 ini sangat layak saat sempat merajai Box Office Jepang dengan menduduki peringkat pertama selama 5 minggu berturut-turut dan bertahan hingga lebih dari 17 minggu sejak hari perdana di rilis pada 13 April lalu di Jepang. Animo masyarakat makin meningkat dari film tahun lalu yang cenderung minim aksi dan tampak bereksperimen dengan mengangkat salah satu permainan kartu tradisional Jepang, Karuta. Selain itu sosok Amuro Tooru yang ikut ambil bagian penting dalam film ini sejak debutnya di film ke-20 berjudul The Darkest Nightmare juga membuat para penggemarnya semakin antusias untuk menonton film yang digadang-gadang sebagai “puncak” dari segala film Detektif Conan yang pernah dirilis sejak tahun 1997.



Sejak duduk di bangku bioskop, saya merasakan seperti sedang menaiki wahana permainan roller coaster. Di menit awal dibawa santai dengan adegan para Detektif Cilik, setelah itu saya dibuat histeris dan tidak bisa memalingkan mata dari layar hingga film selesai. Dibandingkan beberapa film sebelumnya, Zero The Enforcer memiliki alur yang sangat kompleks dan penulisan cerita yang padat. Semua karakter memiliki peran penting dalam mengungkap pelaku peledakan gedung tempat dihelatnya KTT Tokyo tersebut. Penonton juga dibuat tegang sekaligus penasaran dengan sosok misterius Amuro Tooru pada film ini. Apakah ia berpihak pada Conan? Ataukah ia akan menjadi musuh dalam selimut? Dengan berbagai trik, aksi dan juga jokes receh yang hadir di waktu yang tepat semakin membuat saya yakin bahwa Zero The Enforcer adalah film terbaik Detektif Conan saat ini.



Akhir kata, saya akan memberikan rate 4 / 5 bintang untuk film ini. Sebuah mahakarya yang harus ditonton, khususnya para penggemar Detektif Conan.

(By Alfaridzi Ilham)

Monday, July 23, 2018

ULASAN: ANIMAL WORLD



Kita tidak akan pernah mengira bahwa sebuah permainan sederhana Batu-Gunting-Kertas bisa menjadi sebuah permainanyang sangat menegangkan. Sebuah pertaruhan hidup bagaimana 3 unsur tersebut membuat kita harus melakukan berbagai macam cara agar bisa menangdan selamat.



Li Yifeng (Mr. Six) membintangi sebagai Zheng Kai Si, seorang pemuda bermasalah dengan ibu yang dalam keadaan koma dan membutuhkan dana untuk menyembuhkannya, dan Michael Douglas (Ant-Man & The Wasp) adalah Anderson, dalang di balik organisasi perjudian illegal yang dilakukan di atas kapal besar nan mewah.Anderson memiliki pemikiranbahwa ketika manusia menghadapi keadaan yang sangat putus asa, semua orang beralih ke insting binatang mereka, dan dibuatlah sebuah permainan dari pemikiran tersebut.Permainan ini dinamakan Animal World, sesuai dengan judul filmnya.



Film ini dibuka dengan narasi dari Kai Si yang terjebak antara realita dan khayalan(dia menggambarkan dirinya sebagai badut yang membunuh para monster dalam versi anime – tetapi terkadang dia melakukan aksi berbahaya tanpa wujud badut dalam versi live-action).Diungkapkan bahwa Kai Si menderita trauma sejak usianya 8 tahun, yang membuatnya menjadi alter-ego badut dengan kemarahan yang tak terkendali kapan pun dia menjadi emosional.



Kondisinya sangat terpuruk, ibu yang koma dan membutuhkan dana untuk menyembuhkannya. Pekerjaannya yang tidak beraturan sebagai badut ditambah lagi dia galau dengan kisah citanya bersama Liu Qing (Zhou Dongyu), seorang perawat rumah sakit.Dia ingin membahagiakan Liu Qing, tetapi dengan kondisinya seperti itu dia tidak mungkin bisa membahagiakannya.



Ketika seorang teman lama Li Jun (Cao Bingkun) menipu dan menghambur-hamburkan hipotek rumah Kai Si, akhirnya Kai Si terjebak untuk mengikuti sebuah pertaruhan hidup dan mati dalam perjudian yang dimiliki oleh Anderson. Mereka harus bertempur habis-habisan dengan orang-orang yang bermuatan utang di atas kapal dengan permainan Batu-Gunting-Kertas. Beberapa akan meninggalkan kapal dalam keadaan utuh dan bebas utang sementara sisanya mungkin harus melunasi pinjaman mereka dengan nyawa mereka.Mampukah Kai Si terbebas dari permainan judi yang mematikan ini?Bagaimana dia bisa memenangkan permainan?Lalu siapakah Anderson sebenarnya?



Konsep alter-ego badut dengan adegan aksi yang memukau dan permainan warna memang disajikan sangat menarik tetapi tidak banyak memperkaya narasi dengan cara yang berarti. Bisa dibilang sang sutradara Han Yan ingin memamerkan bakat visual kru nya untuk memanjakan mata para penonton, meskipun, yang selanjutnya ditegaskan bahwa itu semua hanyalah khayalan belaka dan tidak memberikan porsi cerita yang signifikan.



Berasal dari manga Jepang dan film dengan judul yang sama - Tobaku Mokushiroku Kaiji (Ultimate Survivor Kaiji) - Animal World (动物世界) menampilkan beberapa efek visual dan sekuens aksi yang mengesankan di bioskop Asia saat ini. Memang, dalam hal cerita, kisah ini sedikit kikuk di awal dengan pengantar yang cukup lama.Tetapi pertengahan hingga akhir film, cerita berubah menjadi sangat menengangkan menampilkan sebuah permainan hidup dan mati bagaikan Battle Royale atau TheHunger Games, tetapi dengan konsep perjudian dan sangat matematis.

Ya, konsep perjudian yang sangat metematis menjadi keunggulanlainnya dari film ini. Jelas, film ini menjadi kenikmatan tersendiri bagi mereka pecinta matematika, atau lebih spesialnya, para pecinta judi. Banyak plot dikembangkan saat permainan, Animal World berlangsung menjadi sebuah cerita yang cukup menarik. Bagaimana Kai Si harus berhadapan dengan berbagai macam musuh dengan segala macam otak bulus mereka dan bagaimana dia harus tau bekerja sama dengan siapa yang dipercaya. Tidak lupa permainan matematika sangat kental dalam film ini.Apabila kita tidak kuat dengan matematika, tidak ada salahnya mempersiapkan kertas dan pensil untuk menghitung berbagai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, atau ya tidak ada salahnya kalau kita menonton film ini berkali-kali.

Secara keseluruhan, Animal World memberikan lebih banyak dari apa yang diharapkan dari film perjudian. Kitaakan terkesan bagaimana sutradara Han Yan berhasil membuat game Batu-Gunting-Kertasmenjadi sangat rumit dan menegangkan untuk membuat kita tetap terlibat dengan sebagian besar film, dan berpikir tentang matematika dan statistik kemungkinan yang terjadi. Kabar baiknya adalah, akhir dari cerita, sepertinya sengaja dipersiapkan berpotensi aka nada sekuel.

Apakah kesederhanaan adalah sebuah hal yang membosankan dan monoton? Mungkin pertanyaan ini akan terjawab di film Animal World. Ketika Kai Si hanya ingin hidup sederhana bersama 2 orang yang dicintainya malah terjebak dalam sebuah permainan judi yang terlihat sederhana tetapi mematikan. Terkadang, kita tidak mensyukuri hal-hal sederhana yang telah kita miliki, bahwa hal hal sederhana tersebut juga harus disikapi dengan sama spesialnya dengan kemewahan yang diinginkan. Dan hal itulah pelajaran yang didapatkan Kai Si dari sebuah permainan Animal World.

(By Ibnu Akbar)

Saturday, July 21, 2018

ULASAN: MAMMA MIA! HERE WE GO AGAIN




Pada tahun 2008, sebuah film musikal yang sangat menyenangkan dan mampu membuat para penonton menyanyi bersama telah lahir, Mamma Mia! Saat itu film Mamma Mia! menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan film musikal dari segi komersil dan juga kualitas. Didukung dengan banyaknya para aktor dan aktris yang sudah tidak diragukan lagi dalam dunia akting, Mamma Mia! kini kembali melanjutkan kisah suksesnya dalam judul Mamma Mia! Here We Go Again.



Sebuah pilihan yang cukup beresiko, mengingat dengan rentang 10 tahun film pendahulunya telah berlalu. Apalagi bioskop saat ini sudah dikuasai dengan generasi Taylor Swift dan Justin Beiber yang tentunya sangat asing apabila mendengar sebuah band legendaris, ABBA. Akan ada banyak hal-hal yang harus disesuaikan untuk beradaptasi dengan kondisi saat ini.



Tetapi apakah hal itu yang akan dilakukan oleh Ol Parker dan tim? Tampaknya tidak. Ol Parker sangat yakin dengan filmnya ini yang mampu membius semua penonton ketingkat nostalgia yang tak terbendung lagi. Seperti kisah nostalgia yang diceritakan oleh Tanya (Christine Baranski) dan Rosie (Julie Walters) kepada Sophie (Amanda Seyfried) mengenai kisah ibunya Donna (Meryl Streep) yang harus memilih jalan hidupnya sendiri dan hanya ditemani oleh Sophie yang masih di dalam kandungan.



Dikisahkan Donna muda (Lily James) usai menyelesaikan pendidikannya, berencana untuk melihat dunia yang luas ini. Dia mengunjungi Eropa dengan sejuta kecantikannya. Menuju Paris dan tentu saja berlabuh kesalah satu pulau terindah di Yunani, Pulau Kalokairi (pada kenyataannya, tidak ada nama pulau Kalokairi di Yunani, Kalokairi sendiri berarti “MusimPanas”). Penasaran bagaimana kisah Donna bertemu Harry (Hugh Skinner), Bill (Josh Dylan) dan Sam (Jeremy Irvine) muda?



Di kisah lain, 5 tahun setelah cerita Mamma Mia! Sophie merasa kehilangan sepeninggal ibunya yang telah tiada 1 tahun yang lalu. Selain itu dia sedang galau karena hubungannya dengan Sky (Dominic Cooper), suaminya yang masih belum menentukan untuk menetap di Kalokairiatau di New York ditambah lagi dia ingin melanjutkan cita-cita ibunya membangun sebuah resort penginapan bernama Bella Donna bersama ayahnya Sam (Pierce Brosnan). Lalu apakah Sophie bisa melanjutkan keinginan Ibunya tanpa Sky disampingnya ? Dan bagaimana kisah Donna muda?Apakah terjawab siapa ayah kandung Sophie sebenarnya? Atau tetap masih misteri yang belum terungkap?




Yup, kisah Mamma Mia! Here We Go Again memberikan sebuah cerita yang sederhana tetapi unik karena dalam 1 film, kisah ini lengkap memenuhi prekuel dan sekuel dari film pertamanya. Tampakanya Ol Parker tau bagaimana cara mengatasi generasi Justin Bieber dengan memberikan peran dalam cerita prekuel Donna muda. Lily James dan Jeremy Irvine tentulah menjadi garda terdepan.



Berperan sebagai Donna Muda, Lily James benar-benar mencuri perhatian. Kita akan terpukau dengan suara indahnya di hampir setiap lagu yang dianyanyikan, terutama lagu Mamma Mia! bersama para band The Dynamos. Sosok perempuan muda tangguh dan lincah yang haus akan petualangan berhasil ditampilkan oleh Lily James. Sangat serupa dengan Meryl Streep dalam film pertama. Lalu bagaimana dengan Jeremy Irvine? Sebagai Sam muda yang gagah dan ingin merasakan lebih hidup lagi dari kepenatan kehidupan yang monoton mampu membius Donna bahkan penonton wanita lainnya terpukau.



Selain memanjakan mata melalui pemeran muda yang cantik dan tampan, film ini juga dimanjakan dengan pemandangan-pamandangan indah yang ada di pulau Kalokairi (atau dalam peta sebenarnya bernama pulau Skopelos). Pulau ini menjajakan pemandangan indah pantainya, dan beberapa desa-desa kecil yang menjadi pelepas dahaga dari petualangan Donna Shediran.

Keasyikan lainnya di film ini tentu saja semua lagu ABBA yang disajikan dari para pemainnya. Dalam film ini ada beberapa lagu ABBA yang tidak ditampilkan di film pertama, seperti lagu pembuka When I Kissed The Teacher, lalu One of Us, dan beberapa lagu sepertiI Wonder, Why Did It Have To Be Me?, Kisses Fire, Andante Andante, Knowing Me Knowing You, I’ve Been Waiting For You, Fernando, My Love My Life, dan The Day Before You Came. Tetapi jangan khawatir juga lagu sakral Mamma Mia!, I Have A Dream dan Dancing Queen tetap ada di film ini dan dengan penggambaran yang semakin membuat penonton ingin bernyanyi bersama.

Para aktor dan aktris senior pun masih setia memerankan perannya mereka masing-masing.Tentu saja the Dynamos tua yang diperankan Christine Baranski dan Julie Walters mampu memberikan potongan guyonan-guyonan lucu. Belum lagi keluguan Colin Firth yang berperan sebagai Harry tua dan kisah Bill (Stellan Skarsgard) yang dilanda pubertas kedua setelah bertemu dengan Rosie. Di peghujung cerita, munculah sang legenda, sang diva yang menyaksikan langsung kesuksesan ABBA itu sendiri, Cher. Cher datang sebagai Ruby nenek Sophie yang tak pernahdatang.

Ol Parker mampu membalut sebuah film yang memang layak ditunggu selama 10 tahun, kisah sederhana tidak bertele-tele yang penuh resiko tetapi tepat sasaran. Seperti halnya kisah Donna muda dan Sophie yang harus menempuh resiko menjalani hidupnya untuk mewujudkan impiannya, dan cocok menjadikani nspirasi bagi banyak wanita.













ULASAN: BUFFALO BOYS





Dendam, adalah berkeingan keras untuk membalas karena rasa marah atau benci. Setidaknya itulah motivasi awal Arana (TioPakusadewo) ketika membawa 2 keponakannya kembali ke tanah pertiwi. Dia membawa dendam kepada kompeni penjajah bernama Van Trach (Reinout Bussemaker) yang telah membunuh keluarga Arana, termasuk Sultan Hamzah (Mike Lucock), kakaknya sekaligus ayah bagi kedua keponakannya. Jamar (ArioBayu) dan Suwo (Yoshi Sudarso) yang sudah lama hidup dalam perjuangan di dunia koboi Amerika harus cepat beradaptasi dengan kehidupan kolinial Belanda yang menjajah Indonesia, atas saran pamannya Arana.



Perjalanan pulang kampung menghantarkan mereka kesebuah desa yang sudah dikuasai oleh kolonial Belanda. Para penduduk diminta menanam opium alih alih menanam padi karena opium lebih menjual dan menguntungkan. Padahal yang lebih dibutuhkan penduduk desa tersebut adalah padi sebagai sumber pangan utama mereka. Kolonial Belanda tidak peduli dengan kesengsaraan penduduk desa dan tidak segan-segan menghukum langsung di depan umum bagi mereka yang tidak menuruti. Hukumannya adalah hukum gantung atau hukuman mati.



Tentu saja hal ini membuat Jamar dan Suwo berang, marah dengan kondisi tanah pertiwinya dalam kondisi penindasan seperti itu. Tetapi mereka selalu ingat pesan pamannya, untuk tidak mencolok dan beradaptasi, agar tidak ada yang tau siapa mereka sebenarnya. Di desa inilah mereka bertemu dengan sang bunga desa, Kiona (Pevita Pearce) anak dari kepala desa tersebut. Kiona sendiri bukanlah seorang perempuan yang takut akan penindasan kolonial Belanda, dia memiliki jiwa pejuang yang berbeda dari ayahnya sendiri (Donny Damara) yang lebih tunduk kepada kolonial Belanda.




Tiba-tiba datanglah para penjajah tersebut ke desa mereka. Kiona khawatir dengan keberadaan 2 kakak beradik tersebut bersama paman mereka, terlebih mengingat banyaknya pelanggaran yang dilakukan desa tersebut. Apa yang akan Jamar, Suwo dan Arana lakukan selanjutnya? Apakah mereka akan menyelamatkan kondisi desa tersebut ? Lalu bagaimana dengan dendam mereka terhadap Van Trach yang sudah menghancurkan keluarga mereka?Apakah mereka berhasil membalaskan dendam mereka?



Sejak promosi teaser, poster dan trailer dari film ini dirilis, Buffalo Boys sudah menawarkan nuansa yang berbeda dari film-film Indonesia kebanyakan. Mencampur adukan antara fantasy dan sejarah dengan balutan genre aksi adalah sesuatu hal yang jarang ditemui dari perfilman Indonesia. Apalagi ketika Mike Wiluan berani mengangkat sebuah tema Western (Cowboy) kedalam sebuah film aksi melawan penjajah Indonesia. Sangatlah berani tetapi mampu dibuat cult dan relevan dengan kondisi saat itu.

Hasilnya, dari segi visual, set produksi dan kostum, tidak salah apabila film ini memiliki biaya produksi yang sangat bombastis. Belum lagi beberapa senjata ternyata dibuat khusus untuk film ini, dikarenakan sebagai kebutuhan beberapa adegan aksi ala koboi. Tidak lupa dari segi bela diri yang lebih bersifat netral arahan dari ahli bela diri asal Thailand, Tony Jaa yang memang disengaja tidak memfokuskan dengan aksi bela diri khas Indonesia, seperti silat. Film ini memang mampu menyuguhkan sesuatu yang baru dan berani, jenis film Laga, Satay-Western yang berbeda dari film Satay-Western tahun lalu, Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak.

Production Value yang tidak main-main ini memang sudah direncanakan untuk kebutuhan film-film berkelas internasional dan tentunya bisa diterima secara universal. “Sangat penting bagi kami untuk menegaskan eksistensi film Indonesia di forum Internasional, seperti Buffalo Boys sekarang dan Headshot ada tahun 2016 lalu. Dengan sambutan dan apresiasi penonton internasional yang luar biasa, kami yakin Buffalo Boys tidak sulit diterima penonton film Indonesia. Kami berharap penonton suka,” kata Executive Producer Buffalo Boys, Wicky V Olindo.

Menurut Mike Wiluan, kisah dengan latar belakang penjajahan Belanda di Indonesia ini mengingatkan kita, terutama para Millenials dan Generasi Z, bagaimana sejarah kita penuh dengan tantangan dan ketidakadilan serta bagaimana kita sebagai rakyat bisa melawan. Baginya, cerita yang menggabungkan dua kultur berbeda (East meet West) merupakan kesempatan yang unik untuk memperkenalkan suatu dunia baru yang penuh dengan kesempatan untuk cerita-cerita lainnya.

Jika dilihat dari kematangan bagaimana membangun set lokasi dan set produksi yang mengagumkan lalu bagaimana dilihat dari kematangan dari segi naskah dan penokohan? Harus diakui, inilah kelemahan terbesar dari film ini. Ide cerita sudah memberikan angin penyegaran yang positif mengenai perlawanan terhadap penjajah di era konialisme Belanda dengan menggabungkan fiksi koboi yang datang ke Indonesia. Tetapi pengeksekusian mengenai jalan cerita, naskah yang terkesan memaksa dan pendalaman karakter yang sangat minim, membuat dasar dari sebuah film ini sangatlah kuranga. Kurang pas dan hanya diberikan ala kadarnya.

Contohnya adalah penokohan Jamar yang hanya kita ketahui dia adalah seseorang yang phobia terhadap kalajengking, atau Kiona yang tidak beralasan kenapa tiba-tiba dia menunggangi kerbau sambil memanah alih-alih menunggangi kuda. Kiona hanya menjadi pemanis bagi Suwo dan pengantar bagi Suwodan Jamar untuk menghadapi kolonial Belanda. Lalu dengan Suwo yang sedikit diberikan kesempatan untuk memperdalam karakternya, yang ternyata lembut demi memenangkan hati Kiona, tetapi juga mengakui sering diremehkan oleh abang dan pamannya, bahkan masih sering dianggap kurang ‘Pria’ bagi mereka. Bahkan pendalaman karakter tampaknya lebih baik tergambarkan dari kisah Buffalo Boys versi komik yang dapat diakses via COMICO.



Ada juga beberapa plot yang tidak cocok dan bisa dianggap plot hole dari kurang dalamnya cerita yang dibangun. Seperti apa alasannya mereka harus ke Amerika? Perpindahan motivasi Arana ke Indonesia setelah bertemu dengan Seruni. Belum lagi ketika Arana meminta kepada keponakannya untuk membaur dan beradaptasi dengan penduduk lokal, lalu kenapa mereka masih dengan kostum yang sangat asing bagi penduduk lokal. Banyaknya kejanggalan membuat film ini jadi terasa begitu lama walaupun hanya dengan durasi 102 jam. Ditambah lagi beberapa percakapan yang terasa kaku sekali. Film ini jadi menyia-nyiakan segala kematangan yang sudah di-setting untuk produksi dan lokasi.

Mike Wiluan seperti tidak belajar dari kesuksesan Headshot, hanya cukup dengan cerita yang sederhana lalu kental dengan adegan aksi yang brutal dan membabi-buta sudah mampu memuaskan penonton Indonesia. Jika saja kisah film ini dieksekusi dan diperdalam oleh Mike Wiluan dan tim lebih matang lagi, pasti kisah ini bisa menjadi sebuah film cult dan akan diingat terus layaknya film Sukiyaki Western Django(2007) atau The Good, The Bad & The Weird (2008).


(By Ibnu Akbar)









ULASAN: 22 MENIT




Apa yang diuntungkan dari aksi terorisme ? Menurut Hank Prunckun (2010) satu yang diuntungkan tentu saja aksi teror itu sendiri yang mampu mengdongkrak eksistensi teror dengan publikasi media dan sejenisnya. Selain itu aksi teror selalu dikaitkan dengan pesan-pesan politik, dan apabila teror tersebut mampu menakutkan sebagian besar masyarakat, maka pesan politiknya dapat dikatakan tersampaikan, terlebih lagi-lagi dengan publikasi media.



Bagaimana cara mencegahnya? Salah satu cara pencegahan dengan tindakan kotraterosime, dan metode yang paling populer digunakan adalah metode PPRR (Prevention, Preparation, Response, dan Recovery) Planning. Indonesia sebagai negara yang sudah berkali-kali terkena aksi teror cukup mempunyai pengalaman dalam penanganan aksi teror terutama dalam prevention, preparation, dan response.Untuk fase recovery masih menjadi pertanyaan dan perlu usaha dan aksi nyata lebih jauh dari pemerintah bagaimana memulihkan korban aksi terorisme untuk kembali hidup normal.



Hal inilah yang diangkat dari kisah 22 Menit. Bagaimana kesigapan dari pihak polisi dalam memberantas terorisme berdasarkan kisah pengebomam yang terjadi di ibu kota tahun 2016 silam.Thamrin adalah saksi bisu lokasi pengeboman yang dilakukan teroris yang memakan korban 7 nyawa (termasuk teroris tersebut). Kesigapan polisi dipertaruhkan dalam aksi pengeboman tersebut dan mereka berhasil menaklukkan teroris hanya dalam waktu 22 menit.



Dikisahkan Bripda Ardi (ArioBayu) adalah seorang family-man yang menyayangi keluarganya tetapi sangat sigap dalam menjalankan tugasnya di kepolisian.Suatu pagi pada tanggal 14 Januari 2018, Bripda Ardi mendapatkan informasi mengenai adanya perampokan, tanpa terduga saat melewati daerah Thamrin, ternyata ada pengeboman di daerah pos polisi dan gerai kopi dekat Sarinah. Di pihak lain, seorang office boy suatu perkantoran bernama Anas (EnceBagus), hendak membantu kakaknya, Hasan (Fanny Fadilah) untuk bisa bekerja kembali di daerah perkantoranThamrin. Anas yang tengah membeli makanan atas pesanan karyawan di kantornya ternyata terjebak dalam aksi terorisme saat itu. Lalu dikisahkan pula Firman (Ade Firman Hakim) sebagai polisi lalu lintas sedang bertugas mengurusi lalu lintas kawasan Thamrin. Hatinya galau karena permasalahan pacarnya Shinta (Taskya Namya) yang tidak mau diajak komunikasi selama beberapa hari belakangan.Tanpa disangka Firman pun terjebak dalam aksi terorisme saat itu. Terakhir ada Dessy (ArdinaRasti) wanita karir yang terkena tilang di kawasan Thamrin oleh Firman, terpaksa dibawa kepos polisi untuk penanganan lebih lanjut. Dan dia pun terjebak dalam aksi terorisme di hari naas tersebut.



Ya, ada setidaknya 4 penggalan kisah yang terjalin dalam film berdurasi kurang lebih 75 menit ini. Tokoh-tokoh dalam 4 kisah tersebut bertemu dalam satu muara aksi terorisme di Thamrin. Ada pesan kemanusiaan dalam kisah-kisah ini, walaupun hanya sekelumit, tetapi pesan kemanusiaan dari berbagai macam sudut pandang sudah digambarkan dengan singkat dan padat. Saking padatnya penonton menjadi tidak fokus untuk memilah kisah yang saling bertabrakan ini. Belum lagi paruh kedua film malah berganti alur menjadi film aksi kontra terorisme yang sebagian besar dimainkan oleh Ario Bayu. Ketidak-relevanan dalam bercerita di film 22 Menit ini menjadi salah satu faktor yang melemahkan film. Belum lagi dari bagian drama di awal film ada beberapa naskah yang cukup kaku, terutama dari pihak keluarga Bripda Ardi.

Keunggulannya ternyata ada di aksi 30 menit terakhir yang menegangkan. Penggambaran para polisi yang responsif menanggulangi terorisme sangatlah heroik. Untuk membekuk para teroris, polisi tidak tanggung-tanggung, hampir semua sumber daya yang ada digunakan untuk menaklukan teroris. Penonton pun akhirnya dibuat kembali percaya bahwa para polisi memang sangat responsif dalam hal ini dan juga tidak main-main. Pesan yang diambil dari bagian ini mampu membangkitkan argumen untuk masyarakat bahwa kita tidak boleh takut terhadap teroris.

Duo sutradaraPanjidan Myrna yang bekerjasama dengan penulis naskah Husein M. Atmojo & GunawanRahatja memang bermaksud mengangkat nilai-nilai kemanusiaan yang terkait dengan peristiwa tersebut. Meski bersumber dari kisah nyata, Panji menegaskan bahwa 22 Menit tidak dimaksudkan sebagai dokumentasi kisah nyata dari kejadian tersebut. Penegasan dalam memberikan pesan #KamiTidakTakut adalah inspirasinya untuk membuat film ini.

Sedangkan Ario Bayu mengaku bahwa kondisi saat syuting film cukup dibuat mencekam, apalagi kalau dia menjadi saksi yang merasakan peristiwa nyata pada saat itu, pasti akan benar-benar mengerikan. Dia berharap film 22 Menit bisa menjadi pemantik diskusi untuk tema-tema terorisme.

Penggabungan unsur drama dan aksi yang tidak halus sangat terasa, 22 Menit seperti ingin sekali mengagung-agungkan para kepolisian dalam memberantas teroris, padahal pesan yang besar dalam film ini adalah #KamiTidakTakut. Akan lebih baik cara menunjukkan pesan #KamiTidakTakut melalui pendekatan yang lebih manusiawi / humanis. Peristiwa berakhir dengan singkat, tapi insiden mematikan tersebut mampu mengubah hidup bagi orang banyak.

Penyelesaian terakhir untuk me-recover dari kisah traumatis terorisme tampaknya masih belum menjadi prioritas utama pemerintah. Begitu juga untuk bagian finishing dari film 22 Menit yang tampaknya masih belum matang dan terkesan buru-buru. Hal ini bisa menjadi bumerang bagi film karena pesan besar yang diharapkan tidak tersampaikan sehingga menjadi kisah yang belum usai.

(By Ibnu Akbar)

Monday, July 16, 2018

DREADOUT, FILM INDONESIA PERTAMA YANG DIADAPTASI DARI GAME




DreadOut merupakan game bergenre survival horror buatan Digital Happiness, sebuah perusahaan game developer yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat. Game DreadOut tidak hanya sukses di Indonesia, tapi juga negara lainnya seperti Jepang, Amerika, Australia, Malaysia, Singapura dan masih banyak negara lainnya.



Menariknya, game DreadOut merupakan game lokal pertama yang sukses di platform international crowdfunding. Bahkan youtuber terkenal PewDiePie juga merupakan salah satu supporter dan backer aktif DreadOut kala itu. PewDiePie sendiri memiliki subscriber lebih dari 64 Juta orang dari seluruh dunia.

Rachmad Imron yang bertindak sebagai founder dari Digital Happiness menyatakan, “Saya tertarik bekerjasama dengan GoodHouse.ID untuk mengadaptasi DreadOut menjadi sebuah film dikarenakan kesamaan visi antara GoodHouse.ID dengan Digital Happiness. DreadOut sengaja dirintis sebagai salah satu bisnis berdasarkan Kekayaan Intelektual/Intelektual Property (IP), yang nantinya akan dikembangkan menjadi sebuah entertainment franchise dalam berbagai format salah satunya adalah melalui media film layar lebar. Apalagi film ini akan disutradarai oleh Kimo Stamboel dari Mo Brothers. Saya dan partner saya Dito sudah lama nge-fans dengan film-filmnya Kimo. Seperti yang kita ketahui bersama, Kimo sudah banyak menyutradarai beberapa film yang sudah masuk ke kancah industri film internasional, seperti Rumah Dara, Headshot dan Killers”



Kimo Stamboel, sutradara dan penulis skenario yang sekaligus menjadi produser film ini mengungkapkan alasan ketertarikannya untuk menyutradarai film DreadOut, “Ketika pertama kali saya mencoba memainkan game ini, seketika itu juga saya mengetahui bahwa game ini memiliki potensi yang sangat besar untuk diangkat ke layar lebar. Sebagai penggemar film horror, saya melihat banyak sekali ruang untuk saya mengkeksplor dan mengembangkan genre ini lebih jauh. Apalagi cara mengalahkan hantu dengan menggunakan gadget handphone sangat keren sekaligus menjadikan konsep ceritanya sangat related to the audience masa kini”.

Salah satu keunikan dari game DreadOut adalah game horor ini mengangkat hantu-hantu lokal Indonesia, seperti pocong, kuntilanak, tuyul, sundel bolong, sampai dengan babi ngepet. Karena itu keseraman dan kengeringan game ini sangat terasa kuat sekaligus menegangkan sekali. Selain itu, DreadOut mengangkat kisah petualangan anak SMA bernama Linda bersama teman-temannya, menyelamatkan diri dari serangan para hantu tersebut.



Wida Handoyo yang bertindak sebagai salah satu produser film ini mengatakan, “Suatu kebanggaan bagi saya berkolaborasi dengan Kimo Stamboel dan Edwin Nazir dibawah bendera goodhouse.id dipercaya oleh Digital Happiness untuk turut menjadi bagian pengembangan IP DreadOut, dengan memproduksi filmnya untuk diangkat ke layar lebar”.

“Kami dari goodhouse.id mempersiapkan film ini dengan sangat serius. Pengembangan script-nya sendiri memakan waktu hampir 4 tahun, ditambah fase pra-produksi 6 bulan untuk memastikan bahwa semua sudah siap dan sempurna sebelum masuk ke fase produksi. Melihat besarnya komunitas penggemar film horror ditambah komunitas gamers di Indonesia, kami sangat optimis bahwa project film DreadOut memiliki potensi yang sangat besar untuk sukses dipasaran. Demi menjaga kualitas brand dari IP DreadOut, GoodHouse.id telah menyiapkan dana yang cukup besar untuk memproduksi film ini dengan bekerjasama, dengan studio besar dari dalam dan luar negeri”, ungkapnya.

Edwin Nazir menambahkan, “Selama ini kita bisa melihat telah banyak film-film adaptasi dari game yang diproduksi studio besar di Amerika maupun Jepang, sukses di pasar Internasional, contohnya: Resident Evil, Silent Hill, Tomb Raider, Rampage, Angry Bird dan lainnya. Inilah saatnya sineas Indonesia berkarya menciptakan sebuah film yang diadaptasi dari salah satu game terbaik bertaraf Internasional buatan anak bangsa”.