
Monday, April 25, 2022
ULASAN: KKN DI DESA PENARI

Friday, April 22, 2022
GREEN MOTHERS CLUB, PAKET LENGKAP DRAMA IBU-IBU PKK

Thursday, April 21, 2022
ULASAN: THE UNBEARABLE WEIGHT OF MASSIVE TALENT

Nicolas Cage punya resume film yang cukup panjang, penampilannya yang fenomenal dan paling diingat ada di film Con Air (1997), The Rock (1996), Face/Off (1997), City of Angels (1998), Lord of War (2005), The Wicker Man (2006) dan Knowing (2009). Film-filmnya beragam mulai dari action, quirky comedy, sampai award winning movies. Kondisi finansialnya yang sempat terlilit hutang membuatnya terlibat dalam film-film multigenre dan terkadang absurd, ada yang flop tapi ada juga beberapa yang bagus. Nah Apa jadinya jika ada film yang mengisahkan dirinya sendiri? The Unbearable Weight of Massive Talent adalah jawabannya. Film ini bukan biopik tapi lebih bergenre komedi surreal yang menempatkan aktor Nic Cage sebagai tokoh utama dengan plot komedi yang kental, representasi karakter fiksi (dan sebagian riil) dari Nic Cage, serta mengambil beberapa referensi dari film-filmnya. Disutradarai oleh Tom Gormican dan skenario yang ditulis bersama dengan Kevin Etten. Film ini dibintangi oleh Nicolas Cage (sebagai versi fiksi dirinya), bersama dengan pemeran pendukung yang meliputi Pedro Pascal, Sharon Horgan, Ike Barinholtz, Alessandra Mastronardi, Jacob Scipio, Neil Patrick Harris, dan Tiffany Haddish.
.jpg)
Alkisah Aktor Nicolas Cage diberitawaran 1 juta USD untuk menghadiri ulang tahun penggemar super miliarder Javi Gutierrez (Pedro Pascal) seperti diinfokan agennya Fink (Neil Patrick Harris) namun ia enggan untuk menerima pada awalnya. Karena keadaan dirinya yang sedang tidak dalam kondisi baik di tengah perceraian dengan istrinya Olivia (Sharon Horgan), pamor bintangnya meredup,dan hubungan dengan putrinya Addy (Lily Mo Sheen) juga memburuk maka akhirnya tawaran tersebut diterima juga. Ketika keadaan berubah menjadi sangat kacau, Cage yang terjebak dalam konflik karena membantu penyamaran CIA dipaksa untuk menjadi versi dari beberapa karakter paling ikonik dan dicintainya untuk melepaskan istri dan putrinya dari Javi yang menurut info CIA adalah seorang pedagang senjata dan diduga terlibat penculikan putri presiden Meksiko.

Sepanjang durasi 107menit, film ini sangat asyik dan tidak membosankan untuk diikuti. Ceritanya ringan dan sangat menghibur. Di bagian awal film inimemberikan kita pengenalan kepada karakter Nick Cage yang dalam universe ini adalah representasi fiksi dirinya yang diceritakan adalah legenda film di Hollywood yang karirnya sedang meredup serta memiliki permasalahan keluarga yang cukup pelik. Lalu bagian kedua penonton dibawa untuk mengenalkan rakter Javi di mana interaksi Javi dan Nick Cage menjadikan cerita semakin menarik. KarakterJavi akan membuat penonton menduga-duga motif yang sebenarnya. Layer cerita dibuat semakin menarik dengan kemunculan dua agen CIA Vivian(Tiffany Haddish) dan Martin (Ike Barinholtz) yang mengajak Nick menguak identitas Javi. Di Bagian akhir ditutup dengan sedikit kejutan namun petunjuknya sebetulnya sudah diberikan di pertengahan cerita. Jalinan cerita yang menarik, porsi komedi yang pas, dan cerita yang tidak mudah tertebak merupakan faktor kunci kesuksesan film ini. Hal paling unik dan lucu dalam film ini ialah bagaimana persona Nicholas Cage dijadikan bahan lawakan lewat referensi peran dan film-film yang pernah ia bintangi di sepanjang film. Sebuah tribute yang tentunya memberiefek nostalgia bagi penonton khususnya yang sudah mengikuti film-filmnya dari tahun 90-an.

Cage dan Pascal memiliki chemistry yang absurd dan klop ketika bersama. Mereka sangat menyenangkan dan saling mengagumi satusama lain. Hal ini menular. Pada hakikatnya film ini adalah buddy action comedy yang dengan gembira memahami keinginan penonton. Cage tahu penonton suka dirinya ketika beraksi dalam film aksi maka diberikanlah porsi aksi yang cukup absurd sepanjang film mulai dari car chase, aksi mata-mata sampai tembak-menembak. Ini adalah penghargaan seorang aktor yang menaruh kepercayaannya pada penonton sebanyak mereka percaya padanya.

The Unbearable Weight of Massive Talentmerupakan film cerdas dan inovatif, film ini seakan menegaskan bahwa Nick Cage punya potensi yang jika dikembangkan dalam film yang tepat akan menjadi luar biasa efeknya. Semoga ke depannya Nick Cage bisa lebih selektif terlibat dalam film dan menghasilkan lebih banyak film-film berkualitas seperti ini
Overall : 8/10
Tuesday, April 12, 2022
ULASAN: FANTASTIC BEASTS 'THE SECRETS OF DUMBLEDORE
Melanjutkan apa yang ada pada akhir film kedua di mana Grindewald (Mads Mikkelsen) yang menjadi buron mempunyai pengaruh kuat dibagian kepemimpinan dunia sihir. Atas bantuan orang paling berkuasa di pemerintahan sihir, Grindelwald bahkan dibebaskan dari segala tuduhan kejahatan yang pernah dia lakukan. Tidak hanya itu, setelah bersih dari tuduhan Grindelwald bahkan mencalonkan diri sebagai pemimpin dunia sihir yang bersaing dengan dua kandidat lainnya. Tahu kesempatan menangnya sangat kecil, Grindelwald melakukan sebuah usaha sabotase melalui seekor hewan sihir yang sangat langka dinamakan Qilin yang mempunyai kemampuan membaca bersih atau kotornya hati seseorang. Rencana Grindelwald yang harus membuatnya berkonfrontasi dengan Newt Scamander (Eddie Redmayne) yang untuk pertama kalinya bersama Dumbledore (Jude Law) membentuk tim kecil untuk bisa menggagalkan rencana Grindelwald tersebut.
Sama halnya dengan film kedua , plot cerita bagian ketiga Fantastic Beasts ini makin menegaskan fokus cerita bukan pada Newt Scamander lagi, tapi mengarah kepada perang dunia sihir dengan Grindelwald dan Dumbledore sebagai poros utamanya. Memang Newt masih mempunyai peran penting, hanya saja kehadirannya jika bersama karakter-karakter lain seakan terlihat sebagai karakter pembantu,alih-alih karakter utama itu sendiri. Karakter Newt seakan tertahan atau tidak berkembang jika berada dengan karakter-karakter penting lain. Tidak banyak pengembangan karakter yangg berarti dari Newt sejak film pertama. Momen terbaik Newt di film ketiga ada pada saat dia mencoba menyalamatkan kakaknya Theseus (Callum Turner) darpenjara. Momen ikonik yang komikal sekaligus menegangkan dan penonton bisa membaca kuatnya hubungan adik-kakak ini di sini.
Poros cerita yang beralih kepada hubungan Grindelwald dan Dumbledore memang mampu diaplikasikan dengan sangat kuat secara karakter yang diperankan oleh Mads Mikkelsen dan Jude Law. Namun sayangnya tidak didukung oleh naskah yang sama kuatnya juga. Di film ketiga ini kita bisa melihat sangat jelas bagaimana mulai keteterannya J.K Rowling dan Steve Kloves dalam mengembangkan plot cerita. Kita bisa merasakan mulai bertele-tele dan plot cerita seakan diadakan untuk bisa memenuhi kuota 5 film. Lihat saja klimaksnya yang kebingungan ingin menutupnya seperti apa. Mungkin bisa dikatakan klimaks terburuk dari semua klimaks semua franchise Harry Potter. Satu-satunya kenapa kita masih masih bertahan dengan franchise ini dam masih menunggu film selanjutnya adalah visual dari Wizarding World itu sendiri. Daya magis visualnya masih mapu menyihir kita. Untuk franchise Fantastice Beasts sendiri tentunya kita masih ingin melihat makhluk-makhluk beasts lainnya yang belum dimunculkan.
Secara keseluruhan, The Secrtes of Dumbledore tidak jauh lebih baik dibandingkan The Crimes of Grindelwald. Namun setidaknya The Crimes of Grindelwald masih bisa memeberikan klimaks yang seru yang tidak ada pada seri terbaru ini. Banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan untuk film selanjutnya, terutama dalam hal naskah.
Overall: 5/10
Tuesday, April 5, 2022
ULASAN: SONIC THE HEDGEHOG 2
Sonic the Hedgehog bisa dijadikan contoh oleh studio-studio lain bagaimana mengadaptasi video game menjadi film yang benar. Rahasianya adalah mendengarkan suara fans. Sukses dengan film pertama dengan rombak besar-besaran dari sisi sepsial efek yang berbuah hasil manis, Sonic the Hedgehog melanjutkan petualangannya di film kedua. Rasa was-was tentu saja ada. Tidak banyak film adaptasi game bisa berlanjut ke film kedua karena seringnya gagal di film pertama. Dengan modal sukses film pertama dan masih banyaknya karakter dari universe Sonic belum muncul, sequel ini hadir dengan rasa percaya diri yang cukup tinggi.
Melanjutkan apa yang sudah terjadi pada film pertama, Sonic (Ben Scwartz) yang hidup tanpa gangguan Robotnik (Jim Carrey) mengisi hari-harinya dengan damai sambil mencoba menjadi pahlawan di malam hari. Namun aksi heroiknya sering mendatangkan kerugian dari pada manfaatnya. Disaat yang bersamaan dengan cara tak terduga Robotnik mampu kembali ke bumi setelah terasing dari planet jamur. Robotnik bisa kembali ke bumi atas bantuan Knuckles (Idris Elba) yang kebetulan juga mencari keberadaan Sonic dan ingin melampiaskan dendam lamanya. Sonic yang tidak mengetahui bahaya yang akan datang padanya diperingatkan oleh Tails (Colleen O'Shaughnessey) yang datang jauh-jauh dari luar planet. Dengan bantuan Tails, sekarang Sonic tidak hanya kembali harus menghadapi Robotnik, namun juga Knuckles yang mempunyai kekuatan lebih besar dari Sonic.
Layaknya sebuah sequel film aksi tentunya para kreator film ini harus bisa memberikan sesuatu yang lebih besar dari pada film pertama namun juga tidak mengorbankan dari sisi cerita. Dan untungnya sutradara Jeff Fowler cukup berhati-hati dalam hal ini yang seakan tidak mau hanya dianggap aji mumpung dengan kesuksesan film pertama. Jeff Fowler bisa membagi porsi drama, aksi dan pengembangan karakter-karakter penting dalam film ini dengan pas. Mulai dari Sonic, Knuckles, Tails sampai Robotnik dapat mengisi porsi dengan kekuatannya masing-masing. Hadirnya Knuckes dalam sequel ini lebih dari sekadar villain. Kehadirannya yang diisi suara oleh Idris Elba cukup menarik perhatian tanpa melepaskan fokus kita pada Sonic yang pusat cerita. Plot cerita yang sederhana dapat dimaksimalkan dengan baik oleh Jeff Fowler.
Ketika penonton sudah masuk dan menikmati ceritanya siap-siap disuguhi aksi dan spesial efek yang jauh lebih besar dibandingkan film pertama. Teruta dan visual 3 landak utama kita, Sonic, Knuckles dan Tails. Visual fisik mereka terasa makin halus. Perhatikan saja bulu-bulu yang makin terasa nyata lalu dipadukan dengan adegan aksi yang cukup massive. Penonton akan terasa puas dengan klimaks aksi 30 menit terakhir. Yang kamu lihat di trailer belum ada apa-apanya dengan yang disajikan di klimaksnya. Jim Carrey layak mendapat kredit lebih karena bisa meramaikan karakter manusianya di tengah-tengah CGI.
Secara keseluruhan, film kedua ini menjawab rasa was-was kita sebagai penonton, yang tidak hanya mampu memuaskan fans, namun juga dapat membawa penonton yang baru mengenali universe Sonic. Dan selalin itu Sonic the Hedgehog pertama dan kedua ini bisa dibilang mematahkan mitos jika film yang diadaptasi dari game akan selalu berakhr dengan kegagalan. Tidak seperti Resident Evil yang memang mendulang keuntungan dari pemasukan namun gagal mendapat respon poisitif dari penikmat film, dua film Sonic mampu meraih keduanya.
Overall: 7,5/10
Friday, April 1, 2022
ULASAN: MORBIUS
