Ketika Cinta, Psikosis, dan Realita Berkabut Jadi Satu
“DIE MY LOVE” bukan sekadar drama psikologis biasa. Film garapan Lynne Ramsay ini membawa penontonnya masuk ke dalam pusaran jiwa yang rapuh, penuh amarah, cinta, dan kehilangan arah. Jennifer Lawrence tampil luar biasa sebagai Grace, seorang perempuan dengan kondisi mental tak stabil yang sedang mengandung anak pertamanya. Sementara Robert Pattinson sebagai Jackson, suami yang sama-sama eksentrik, menjadi cermin bagi sisi manusia yang ingin menolong, tapi juga tidak benar-benar memahami apa yang sedang ia hadapi.
Sejak awal, Ramsay membangun atmosfer yang gelap dan emosional. Kehidupan pasangan ini digambarkan kasar, liar, dan penuh letupan emosi—dari adegan seks intens hingga tantrum yang meledak-ledak. Tapi di balik semua itu, ada rasa kesepian yang besar. Grace bukan hanya kehilangan kendali, tapi juga kehilangan cara untuk mengekspresikan dirinya. Keberadaan keluarga yang juga punya “riwayat serupa”—diperankan dengan kuat oleh Sissy Spacek dan Nick Nolte—menambah lapisan psikologis yang dalam.
Film ini juga mempermainkan persepsi realita dan ilusi, terutama lewat sekuens sureal yang melibatkan sosok misterius berhelm. Tidak semua hal dijelaskan secara gamblang—dan memang, Ramsay tak pernah ingin memberi semua jawaban. Jennifer Lawrence kembali menampilkan intensitas akting seperti dalam mother!, tapi kali ini dengan sentuhan yang lebih mentah dan tak terkontrol.
Meski kadang terasa terlalu panjang, ending-nya yang ambigu tetap meninggalkan kesan kuat. Ada rasa pahit yang melekat, seolah film ini ingin berkata bahwa tidak semua luka bisa disembuhkan, dan tidak semua cinta mampu menyelamatkan seseorang dari dirinya sendiri.
DIE MY LOVE adalah perjalanan emosional yang tidak nyaman, tapi perlu. Film ini mengingatkan kita bahwa gangguan mental bukan sekadar kondisi, tapi juga perjuangan untuk tetap eksis di dunia yang terlalu bising untuk mendengar.
Rating: 7,5 / 10
Film yang liar, mengguncang, tapi juga penuh empati.